Rabu, 07 Februari 2018


Beberapa tahun lalu, Aliya Nurlela sempat terpuruk akibat penyakit Bell's Palsy atau kelumpuhan separuh saraf wajah yang menyerangnya. Penyakit yang mengakibatkan wajahnya jadi tidak simetris ini membuatnya hilang percaya diri dan minder bertemu orang banyak. Namun, dalam keterpurukannya, ia kembali menekuni hobi menulis yang membawanya membangun Forum Aktif Menulis (FAM), sebuah wadah untuk para penulis yang saat ini telah memiliki ribuan anggota.

Berawal di tahun 2008, Aliya sempat terserang penyakit yang tidak terdeteksi secara medis. Penyakit itu membuatnya lumpuh. Dokter juga sudah angkat tangan. Sebagai pasien yang setengah putus asa, saat itu Aliya hanya berusaha ikhlas. Hidupnya juga sangat tergantung pada orang lain. Wajar saja kalau ia merasa jenuh, apalagi saat itu belum kenal dengan internet dan hanya bisa membaca buku. Saat itu Aliya membaca, kesembuhan yang paling cepat untuk penyakitnya adalah dengan menekuni hobi. Aliya pun berpikir, apa yang bisa ia lakukan sebagai seorang pasien lumpuh? Akhirnya, ia memilih hobi menulis yang memang sudah ditekuninya sejak kecil.

Selama sakit, Aliya pun kembali menekuni hobi menulisnya. Ia berhasil membuat buku berjudul "100% Insya Allah Sembuh". Dan ternyata benar, dengan menekuni hobi, ia termotivasi untuk sembuh dan kembali bisa berjalan. Buku itu menceritakan kehidupan pribadinya selama sakit. Namun, Aliya kembali mendapat cobaan. Tahun 2010, ia kembali diserang penyakit. Awalnya ia tidak begitu sadar, sampai dokter berpikir dirinya terkena stroke karena wajahnya miring. Setelah dicek, Aliya tidak punya riwayat penyakit darah tinggi dan akhirnya divonis terkena Bells Palsy. Aliya sendiri tidak tahu itu penyakit apa, yang jelas dokter mengatakan tidak ada obatnya dan hanya meminta Aliya untuk mejalani terapi. Karena menurut sang dokter dengan rutin menjalani terapi ia bisa sembuh dalam waktu 9 bulan. Tapi ternyata, bertahun-tahun ia tidak sembuh juga, malah disarankan untuk melakukan operasi plastik. Aliya pun menolak dan memilih bertahan dengan perawatan tradisional.


Sejak itu, dunia Aliya seolah runtuh. Dirinya langsung kehilangan rasa percaya diri. Rasa terpuruk membuat Aliya memilih menutup diri. Selama 4 bulan ia memakai masker dan enggan bertemu orang banyak. Sampai akhirnya, ia bertemu seorang teman baru di jejaring sosial Facebook yang sangat concern terhadap dunia penulis. Namanya, Muhammad Subhan. Beliau adalah seorang novelis dari Sumatra Barat dan juga wartawan. Akhirnya, Aliya pun ikut mem-posting, 100% Insya Allah Sembuh. Di situ keduanya banyak berdiskusi, dan Aliya pun tak ragu mengirimkan fotonya dengan kondisi Bell's Palsy. Dan karena beliau juga, akhirnya Aliya mulai dikenal dan kembali termotivasi untuk berkarya.

Meski dengan keterbatasan karena Bell's Palsy, Aliya berkolaborasi dengan Muhammad Subhan mendirikan komunitas FAM tahun 2012. Komunitas ini merupakan wadah bagi para penulis untuk menyalurkan hobi menulis dan menelurkan karya. Menurut Aliya, komunitas ini dibangun dari nol tanpa dana besar. Niat membangun komunitas ini adalah untuk merangkul penulis-penulis dari mana saja untuk terus berkarya. Tapi, rasa percaya diri Aliya belum tumbuh. Ia memilih memakai foto saat masih sehat ketika mendirikan FAM. Maka, banyak yang berpikir dirinya adalah perempuan sehat. Selama setahun, ia juga memilih berada di balik layar. Undangan-undangan untuk komunitas ia serahkan kepada Muhammad Subhan, sebagai ketua komunitas, untuk hadir.

Sampai suatu ketika, sebuah majalah wanita mengangkat kisah hidupnya bergelut dengan Bell's Palsy. Meski awalnya sempat menolak, perempuan kelahiran Ciamis 2 Juni 1975 ini akhirnya mau tampil dengan foto dalam kondisi sakit. Dari situ, pelan namun pasti Aliya mulai berani tampil. Ia sadar, melalui Bell's Palsy, dirinya bisa berkarya. Kendala membangun FAM tak melulu soal rasa percaya diri, tapi juga soal teknologi. Aliya mengaku, dirinya gaptek internet, belum menguasai email, dan hanya menggunakan inbox Facebook sebagai sarana pendaftaran anggota. Selain itu, banyak yang masih meragukan komunitas FAM lantaran sebagai penulis, ia jarang sekali ikut kegiatan menulis tingkat nasional.


Namun, segala cara dilakukan Aliya. Di awal berdirinya FAM, Aliya mengadakan lomba menulis tingkat nasional berhadiah Rp 8 juta, tanpa satu pun sponsor. Tujuannya saat itu hanya ingin merangkul para penulis dan ternyata memang banyak penulis yang berbakat, tidak hanya penulis lepas tapi ada juga penulis yang sudah menerbitkan buku. Bahkan, sang suami pun, Sigit Widodo, walau sebetulnya mendukung hobinya menulis, ternyata sempat menentang keras keinginan Aliya membangun FAM karena khawatir dengan kondisinya. Tapi setelah melihat kerja kerasnya membangun komunitas ini, akhirnya sang suami pun mendukung. Pada akhirnya, suaminya melihat sendiri bahwa Aliya bisa sembuh juga karena menekuni hobi menulis. Justru kalau dilarang, ia malah sakit.

Kini FAM memiliki ribuan anggota, termasuk dari Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Jerman, dan Saudi, serta memiliki 24 cabang di seluruh Indonesia. FAM juga sudah menerbitkan hampir 500 buku dari goresan tangan para penulis berbakat. FAM juga sudah memiliki divisi penerbitan FAM Publishing, dan divisi usaha FAM Preneurship.



0 komentar:

Posting Komentar