Senin, 05 Mei 2014




dunia teh secara profesional, bagi perempuan cantik berdarah Tionghoa dan Sunda kelahiran 3 November 1978 ini bukan hal yang disengaja. Bermodalkan passion yang besar untuk belajar seluk beluk teh menjadikannya satu-satunya perempuan yang akrab di industri teh tanah air. Dialah Ratna Somantri yang kini dipercaya menjadi Ketua Dewan Teh Indonesia, periode 2014-2017. Ratna memiliki misi mengangkat derajat teh Indonesia ke tempat yang lebih bergengsi.

Cerita Ratna bisa terjun ke dunia teh cukup panjang. Kebetulan ia berasal dari keluarga yang memang pecinta teh dan selalu punya kebiasaan menikmati teh bersama. Ibunya yang mengenalkan kebiasaan minum teh sejak keluarganya tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Walaupun sang ibu bukan ahli teh, tapi sajian teh-nya selalu enak. Hingga akhirnya, kebiasaan minum teh bersama itu menjadi kebiasaan.

Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada 2005, Ratna merasa dilanda kejenuhan dengan pekerjaannya dan ingin melakukan kegiatan baru. Akhirnya, ia pergi ke Sydney, Australia untuk mengambil kelas pastry di Le Cordon Bleu. Saat di sana, secara tidak sengaja ia sempat mampir di salah satu kafe yang bernama Tea Centre. Kafe ini menyediakan 500 jenis teh, yang tak ada di Indonesia. Dari sinilah ia jadi semakin tertarik mempelajari teh lebih jauh lagi.

Saat ia pulang ke Indonesia, kebetulan juga ada seorang teman yang mengajaknya membuka bisnis kafe khusus minuman teh. Untuk membekali diri, Ratna pun kemudian mengambil kursus tentang teh di Purple Cane, Kuala Lumpur. Walaupun ternyata kafe yang ia dan temannya dirikan tak bertahan lama lantaran sahamnya kemudian ia jual, tapi kecintaannya terhadap teh semakin hari justru semakin bertambah.

Ia bahkan sengaja memilih berlibur di negara-negara penghasil teh seperti Cina, Jepang, Korea, untuk sekaligus mempelajari dan menikmati tehnya. Ratna pun semakin serius mendalami teh ketika ia kemudian mendirikan komunitas pecinta teh pertama di Indonesia pada 2007. Sejak itulah ia sering didaulat sebagai pembicara soal teh. Ia juga sempat sharing mengenai teh lewat buku Kisah dan Khasiat Teh, hingga dipercaya menjabat sebagai Ketua Dewan Teh pada periode 2014-2017.




Semakin ia mempelajari soal teh khususnya semua teh yang ada di Indonesia, Ratna menemukan banyak fakta bahwa teh Indonesia sangat kaya dan nikmat, tetapi komoditas ini belum terangkat maksimal. Imej teh di Indonesia juga masih dianggap minuman yang tak bisa menaikkan gengsi. Padahal di Eropa, acara jamuan teh hanya dilakukan oleh kaum bangsawan.

Ratna pun semakin gemas, karena banyak yang belum memperlakukan teh dengan benar layaknya minum kopi yang kini bahkan sudah menjadi bagian dari lifestyle. Padahal ia melihat, di Indonesia daun teh yang dihasilkan sudah sangat baik, hanya penyajiannya saja yang belum tepat, dan cara penyimpanannya juga masih salah, sehingga hasil akhir tehnya menjadi kurang nikmat. Sungguh sangat disayangkan, terlebih sebenarnya Indonesia adalah negara terbesar penghasil teh terbaik di dunia, tetapi ternyata industrinya tidak sebaik industri kopi.

Ini lantas menjadi tantangan baginya untuk bisa membagi pengetahuan dan mendorong banyak pihak agar teh Indonesia makin dikenal dunia, terutama lewat tea bloger dunia untuk di-review. Cara yang ditempuh Ratna adalah, setiap kali ia menjadi pembicara, tak lupa ia selalu menyelipkan informasi tentang teh dari Indonesia, baik di ajang kuliner, jamuan teh di hotel berbintang, atau acara bincang-bincang di televisi dan radio. Ia selalu memberikan info tentang cara menikmati teh tanpa menggunakan gula, menyajikan teh dengan cara yang benar, dan disimpan dengan tepat agar menjadi sangat enak saat dinikmati.
 




Lewat buku yang ditulisnya juga ia membagikan berbagai khasiat teh yang baik bagi tubuh. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan bergabung di Dewan Teh. Dengan begitu, ia berharap bisa semakin banyak peluang untuk bekerja sama dengan berbagai pihak untuk semakin mempromosikan teh Indonesia. Termasuk mengedukasi agar teh semakin bisa diterima semua kalangan dan bisa menjadi bagian dari gaya hidup. Apalagi bila dilihat sekarang ini, industri teh siap minum dengan berbagai kemasan semakin banyak. Hal ini tentu menjadi peluang bagi industri teh di Indonesia untuk dapat semakin maju dan berkembang. Mungkin banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu, salah satu jenis teh yakni Oolong tea yang dihasilkan dari kaki Gunung Halimun, Jawa Barat, saat ini sudah diekspor dan sangat disukai oleh pecinta teh di seluruh dunia.

Tentu saja banyak tantangan yang dialami Ratna selama menggeluti bidang teh ini. Kebetulan bidang ini memang masih lebih banyak digeluti kaum pria, dari pemilik kebun teh, para pejabat yang berwenang mengurusi komoditi ini, pelaku industri teh, semuanya didominasi kaum pria. Namun bukan berarti kaum perempuan tak diberi kesempatan, hanya saja memang masih jarang yang menggelutinya. Jadi, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Ratna untuk bisa membuktikan, bila kemampuan, baik tua ataupun muda, perempuan ataupun pria, tetap memiliki kesempatan yang sama. Ia pun akhirnya dipercaya pula sebagai ketua Dewan Teh Indonesia. Sehingga bertambah satu lagi tanggung jawabnya yang harus diemban. Ini menjadi seperti penyegaran yang menandakan hal positif. Menunjukkan bahwa perhatian terhadap teh sudah semakin baik, dan kebetulan pula ia tidak memiliki bisnis teh, jadi tentu bisa lebih obyektif dan tak terpaku pada kepentingan pribadi.

Namun, meskipun memiliki pemahaman yang cukup baik soal dunia teh, Ratna tidak mau dirinya disebut Tea Master. Karena menurutnya, jika merujuk kepada World Tea Academy, ada beberapa kategori dalam bidang teh, yaitu Tea Master, Tea Specialist, dan Tea Sommelier. Yang dimaksud dengan Tea Sommelier adalah pencicip teh. Seorang Tea Sommelier tahu cara yang baik menyeduh teh dan dapat mencocokkan teh jenis apa digabungkan dengan teh apa, sehingga menghasilkan perpaduan teh yang enak.

Sama halnya dengan Tea Specialist, pekerjaannya seperti quality control, tahu mana teh yang bagus dan mampu memilih serta menyajikannya. Sedangkan Tea Master adalah orang yang bisa semuanya, serta mampu memproduksi teh. Oleh karena itulah, Ratna merada dirinya bukan seorang master teh, tapi lebih suka disebut Tea Specialist dan Tea Sommelier. Karena jika diterjemahkan, semua merujuk ke kata yang sama yaitu ahli teh.

Hingga saat ini, di Indonesia hampir tidak ada lagi orang yang menggeluti profesi sebagai Tea Specialist atau Tea Sommelier. Yang ada hanyalah orang yang bekerja di pabrik teh, dan tugasnya hanya sebagai Tea Tester atau pencicip teh yang juga mengetahui cara meracik teh. Profesi ini memang tak pernah terpublikasikan atau dikomunikasikan ke masyarakat umum, sehingga untuk menekuninya harus mendapatkan pelatihan terlebih dahulu karena memang tak ada sekolahnya. Maka dari itu, menurut Ratna bidang ini sebenarnya menjadi peluang bisnis yang besar baginya. Apalagi bisa terlihat sekali potensi ke depan industri teh tak kalah dari industri kopi. Pasarnya pun juga sudah ada. Bisa dilihat dari teh kemasan siap minum yang semakin banyak bermunculan.




Untuk bisa mengetahui berbagai rasa teh, menurut Ratna, selain harus punya pengetahuan mengenai proses teh dan jenis tehnya, yang juga penting adalah memiliki perbendaharaan rasa yang banyak. Sayangnya, orang Indonesia punya kebiasaan makan yang pedas dan berbumbu, sehingga kurang peka saat merasakan minuman teh. Apalagi jika sudah dimanjakan berbagai rasa olahan yang bukan original, seperti sirup dan lainnya.

Saat mencicipi rasa teh, ia biasanya mencoba membuat persamaan rasa. Misalnya, ada teh hijau dari Cina yang dalam satu tegukan rasanya seperti chestnut. Oleh karena di Indonesia tak ada chestnut, maka ia tentu akan mengatakan rasanya seperti kacang Bogor. Untuk mengetahui rasa kacang Bogor, maka harus memiliki perbendaharaan rasa yang juga banyak. Dan menurut Ratna, yang perlu diketahui juga, sesungguhnya rasa pada air putih pun sudah berbeda-beda. Karena kadar mineral air juga berbeda. Jadi jika bicara soal teh secara mendalam sekaligus ingin mengenal dan tahu perbedaan rasanya, banyak unsur yang harus dibicarakan, sangat kompleks.

Ratna pernah membaca, ada pepatah Cina atau Jepang yang kata-katanya membuatnya tambah bersemangat : “Belajar soal teh akan seumur hidup”. Dan benar saja, sampai hari ini rasanya ia selalu merasa mendapatkan ilmu baru mengenai teh. Bayangkan saja,  teh sudah ada sejak 5000 tahun lalu, sangat terkenal di Asia, dan berbagai jenis teh pun dihasilkan.

Ratna memberi contoh teh gurih dari Jepang yang bernama Gyokuro. Cara untuk memanen daun teh ini sangat unik. Kebun teh akan ditutupi kain kasa atau tirai bambu untuk memaksa klorofil dalam daun bekerja maksimal, sehingga pucuk daun warnanya sangat hijau. Hasilnya, daun teh ini rasanya seperti kaldu yang gurih. Sama halnya dengan di Indonesia, sebenarnya banyak juga teh yang rasanya enak.

Ratna bersyukur keluarganya sangat mendukung kegiatannya. Begitu juga dengan suaminya. Namun sama seperti pasangan lain, tentu sang suami tak ingin istrinya melupakan tugas utamanya mengurus rumah tangga. Untungnya, kegiatannya ini buka murni bisnis, tapi lebih banyak bersosialisasi, yang bukan untuk mendapatkan uang. Bagi Ratna, teh ibarat seni, tak bisa diukur dengan kepuasan mendapatkan materi. Ketika dirinya banyak pekerjaan sebagai pembicara teh, hasilnya juga pasti akan ia belikan lagi teh dan peralatannya.

Obsesi lain yang ingin dicapai Ratna adalah, selain ingin industri teh di Indonesia semakin ‘seksi’, ia ingin bisa terus mempromosikan agar pasar teh Indonesia semakin dilirik mata dunia. Ia juga punya keinginan, maskapai penerbangan besar di Indonesia, kantor-kantor BUMN, serta perusahaan besar di Indonesia mendukung gerakan teh lokal dengan memberi jamuan teh asli Indonesia, bukan teh impor.

Selain itu, bersama temannya Ratna juga sudah berniat untuk mewujudkan Tea Institute. Jadi nanti di sini akan ada kelas untuk masyarakat awam yang ingin belajar mengenal teh. Kelas yang tersedia juga diperuntukkan bagi pelaku industri teh, untuk menunjang pekerjaannya. Rencananya kelas ini akan digilir di beberapa kafe atau lokasi yang nyaman. Nantinya, jika berhasil, ia ingin punya gedung sendiri dan bisa berdiri seperti sekolah perhotelan, yang memang mengajarkan soal teh. Semoga semuanya segera terwujud.

  
 ____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI

BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau  KLIK DI SINI


0 komentar:

Posting Komentar