Minggu, 30 Juli 2017


Perempuan kelahiran Manna, Bengkulu, 1 Agustus 1971 ini memiliki perhatian lebih dalam hal melestarikan kain besurek, kain warisan budaya dari kota kelahirannya. Di tangannya, besurek yang pembuatannya mirip batik ini mendapat sentuhan napas baru. Trisna menjelaskan, besurek itu artinya bersurat, yang isinya memiliki berbagai makna. Besurek muncul bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Bengkulu. Kain besurek biasanya dipakai untuk acara khusus seperti sungkeman, ke makam leluhur, dan penutup jenazah. Fungsinya belum luas seperti layaknya batik. Perkembangan kain besurek sebelumnya juga terlihat lambat karena harganya yang tidak murah. Yang bisa memiliki kain besurek itu hanya kaum bangsawan, keluarga petinggi, atau pejabat. Belum semua kalangan bisa menikmati. Hingga, pada sekitar tahun 80-an, Gubernur Bengkulu pada waktu itu, Drs. H. A. Razie Yahya, menggerakkan dan mengembangkan kain besurek. Sejak itu, kain besurek tak lagi digunakan dalam acara-acara khusus, melainkan dijadikan kain yang bisa digunakan setiap hari.

Pada sekitar tahun 90-an, kala masih menjadi seorang karyawati di sebuah bank, dan aktif dalam beberapa organisasi, Trisna disarankan untuk menggunakan pakaian yang menunjukkan identitas daerahnya, saat hendak datang ke sebuah acara organisasi level nasional. Ketika itu, untuk membeli besurek harganya masih mahal karena perajinnya juga masih sedikit, sementara gajinya juga tidak seberapa. Belum lagi, setiap harus datang ke Jakarta, ia juga harus membawa gift untuk teman-temannya. Trisna kemudian berpikir, bagaimana kalau seandainya ia membuat sendiri. Ia berusaha meyakinkan, jika orang lain bisa mengerjakannya, pasti ia juga bisa. Trisna juga melihat bahwa kain besurek ini bagus dan bernilai ekonomis. Ia juga ingin mengolah kain ini menjadi baju, tas, dan kerajinan tangan lainnnya.

Di sisi lain, timbul pula keprihatinannya melihat kenyataan bahwa perajin kain besurek ini justru semakin sedikit. Akibatnya, pasarnya juga semakin menyempit. Belum lagi soal motif yang lebih banyak berbentuk kaligrafi Arab, sementara di Indonesia sendiri ada lima agama. Dari situlah, Trisna semakin terpacu untuk berkreasi mengembangkan besurek ini agar dapat diterima oleh masyarakat luas. Karena berada di wilayah pesisir, awalnya besurek hanya memiliki warna-warna cerah. Kemudian Trisna menyesuaikan dengan tren yang ada. Saat ini, besurek yang dibuatnya memiliki beragam warna. Sebagai putri kelahiran Bengkulu, Trisna ingin terus mengembangkan besurek dalam bentuk apa pun, tak hanya baju. Untuk desain masih ia lakukan sendiri sejak awal. Idenya ia dapat dari mana pun. Apalagi sekarang sudah ada internet, semuanya ia pelajari secara otodidak.

Namun Trisna mengakui, ada hambatan yang ia temui ketika ingin mengembangkan besurek. Yakni kurangnya keinginan generasi penerus dalam mengembangkan kain tradisional ini. Setelah lulus SMP, banyak generasi muda yang memilih untuk meneruskan sekolah ke SMU dibanding SMK. Sehingga SMK yang memiliki jurusan batik atau besurek, setiap tahun ajaran baru, paling hanya memiliki 25 orang murid. Tapi, begitu mereka lulus dan ia tawarkan untuk bekerja dengannya mengembangkan besurek, mereka lebih memilih bekerja menjadi SPG counter handphone. Trisna merasakan, mindset anak-anak muda sekarang memang sudah berbeda. Padahal ia ingin bisa melahirkan generasi penerus besurek yang bisa meneruskan warisan ini.

Walau begitu, ia tidak putus asa, dan terus berusaha membujuk anak-anak muda untuk ikut melestarikan besurek. Salah satu caranya adalah dengan mengikut sertakan mereka dalam sebuah lomba membatik nasional yang digelar Kementerian Pendidikan, dan pernah menjadi Juara Harapan Satu di tahun 2012. Selain itu, Trisna juga memberikan pelatihan dan magang kepada mereka, dan bila berhasil akan diajak bekerja di tempatnya. Sekarang, Trisna sudah memiliki 15 orang karyawan yang berniat untuk bekerja mengembangkan besurek. Tidak semuanya lulusan SMK atau SMA, ada juga yang tidak memiliki orangtua dan putus sekolah.

Hambatan lain selain SDM, yang ia hadapi adalah bahan baku yang masih didatangkan dari Pulau Jawa. Itu pula yang kemudian menjadikan harga besurek terbilang mahal. Tapi bagi Trisna, semua hambatan dan tantangan itu indah dan cantik sekali untuk dilewati. Kalau hidup hanya berkeluh kesah, lalu berpasrah diri, ia yakin dirinya tidak akan bisa seperti saat ini. Hambatan menjadi motivasi untuk berbuat lebih.

Saat ini, sudah sangat banyak motif atau corak besurek yang Trisna miliki, sampai ia lupa jumlahnya. Namun, semuanya sudah terdokumentasikan dengan rapi. Motif dan corak juga tidak hanya kaligrafi, tapi ada juga motif bunga raflesia, pakis, atau bambu. Kaligrafi yang digunakan juga bukan petikan ayat-ayat Alquran, tetapi menggunakan beberapa huruf-huruf Arab. Untuk hal ini, agar tidak menyimpang, sudah ada pengawasan dari MUI. Ada pula motif besurek yang menggunakan huruf-huruf tradisional. Secara pibadi, Trisna lebih menyukai warna alami yang natural. Dan, besurek yang ia suka adalah terbuat dari kain tenun. Kalau di level Asia dan Eropa, kain jenis ini sangat digemari. Pembuatan besurek dengan kain tenun butuh waktu yang tidak sebentar. Karena untuk menulis di atas kain ini, memiliki level kesulitan tinggi yang butuh ketelitian dan kesabaran. 

Selain pasar skala nasional, Trisna juga sudah membawa besurek eksibisi ke beberapa negara. Dan ia berharap semoga ke depannya masih mendapat kesempatan untuk membawa besurek ke luar negeri. Selama menekuni usaha besurek ini pula, Trisna telah menerima beberapa penghargaan, salah satunya Peserta Terbaik ASEAN Silk Fabric And Contest Tahun 2010 di Thailand. Sekitar tahun 2014 ia juga pernah diminta menduplikasikan kain yang pernah digunakan Ibu Fatmawati. Meski kain yang digunakan istri Presiden RI Soekarno ketika itu bukan kain besurek, namun Trisna bisa menyelesaikannya dengan baik. Trisna menjelaskan, kain yang digunakan Ibu Fatmawati ketika itu adalah kain batik dengan motif lereng asal Jawa. Proses pembuatan besurek memang mirip dengan batik. Dalam proses pembuatan duplikasinya itu, ia diperbolehkan untuk melihat dan memegang kain yang digunakan oleh Ibu Fatmawati. Pengerjaannya pun sangat hati-hati, karena kain itu sudah retas dan termasuk barang berharga. Selama proses duplikasi, ia dikawal terus oleh keluarga Ibu Fatmawati dan unsur pemerintahan. Trisna mengaku, sangat bangga mendapat kesempatan itu.

Tak lama setelah ia membuat usaha kain besurek ini dan menikah pada tahun 1995, Trisna kemudian memutuskan berhenti menjadi karyawati dan full menjadi entrepreneur. Usaha kain besurek ini ia mulai dari rumah, kemudian pindah ke garasi, hingga akhirnya mampu memiliki galeri. Mulai sekitar tahun 1999, ia rajin diajak pameran skala nasional dan luar negeri. Selain usaha besurek, saat ini Trisna juga memiliki usaha di bidang kontraktor, event organizer, koperasi, dan menjabat sebagai Ketua IWAPI Bengkulu, serta masih aktif di beberapa organisasi lain. Kebetulan, ia memang termasuk orang yang tidak terlalu suka bekerja di belakang meja. Justru bila tidak memiliki kesibukan atau pekerjaan, badannya bisa sakit. Perannya sebagai istri dan ibu dari seorang anak, dijalankannya secara seimbang. Ia beruntung memiliki keluarga, suami, dan anak yang sangat mendukung. Minimal setahun sekali keluarganya selalu berlibur bersama. Suami Trisna juga seorang pengusaha dan Ketua Kadin Provinsi Bengkulu. Baginya, peran suami tidak hanya menjadi pendamping hidup berumah tangga, tetapi juga sebagai sahabat dan tempat konsultasi

Meski telah menggapai kesuksesan, Trisna mengaku bukan orang yang cepat puas dengan hasil karyanya. Ia masih ingin terus berbenah, selalu berusaha memberikan yang terbaik dan terbaru. Ia tidak ingin mengekor karya orang lain, tapi bila karyanya diikuti orang lain, ia justru malah senang.










2 komentar:

  1. Sambal Roa Judes, salah satu kekayaan kuliner nusantara, Sambal yang dibuat dari campuran Ikan Roa ini selalu sukses menggoda lidah para penggemar pedas. Bahkan bagi mereka yang tidak pernah memilih ikan sebagai menu makanan mereka pun, selalu berakhir dengan mengakui kehebatan rasa Sambel Roa JuDes ini.. Anda penasaran ingin menikmatinya ? Hubungi layanan Delivery Sambal Roa Judes di 085695138867. BBM : 5F3EF4E3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya Atas nama IBU SITI AISYA ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di SINGAPURA jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di SINGAPURA,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg di berikan AKI SOLEH 100% tembus (4D) <<< 3 3 4 1 >>> saya menang togel (150,juta) meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW trimah kasih banyak atas bantuang nomor togel nya AKI wassalam.


      KLIK DISINI-AHLI-DUKUN-TOGEL-SAKTI-TERPERCAYA















      Hapus