Minggu, 01 Januari 2017


Perempuan kelahiran 24 Oktober 1993 ini menekuni pekerjaan yang tidak biasa dilakukan kebanyakan perempuan. Dialah Bripda Nina Oktaviana, akrab dipanggil Nina. Sosoknya menyita perhatian publik dan menginspirasi perempuan di Tanah Air. Ia memilih bergabung dengan Detasemen Gegana Brimob dan tergabung sebagai anggota pasukan organik perlawanan terorisme (Wanteror) yang didominasi kaum pria. Parasnya yang cantik dan kekuatan fisik serta kepiawaiannya memainkan senjata membuatnya dikenal sebagai perempuan tangguh dari Banda Aceh.

Nina bercerita, sebenarnya, dalam keluarganya tidak ada yang memiliki latar belakang di kesatuan mana pun. Jadi memang, awalnya ia juga tidak pernah membayangkan akan bergabung ke kesatuan Polri. Semua karena kesempatan yang datang saja. Ia mulai tertarik pada kesatuan Polri ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan. Kebetulan, ia bersekolah di SMK Penerbangan di Banda Aceh. Saat itu sebenarnya ia ingin menjadi pilot dan melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi. Sayangnya, ada beberapa persyaratan, seperti tinggi badan yang tak bisa ia penuhi, sehingga membuatnya membatalkan niat menjadi pilot. Kemudian Nina mendengar ada pendaftaran untuk bergabung dengan kesatuan Polri. Nina berpikir, dirinya punya kesempatan untuk mencoba. Dan akhirnya, ia pun lulus lalu bergabung di Polda Banda Aceh tahun 2014.

Awalnya ia ditempatkan di bagian SDM Polda Banda Aceh selama lima bulan. Setelah masuk, Nina jadi makin tahu fungsi polisi, salah satunya Brimob. Ia juga melihat, jarang perempuan yang menjadi anggota Brimob. Nina pun jadi makin tertarik untuk bergabung ke sana. Selain karena ia juga memiliki kesan yang cukup mendalam dengan Korps Brimob ini. Saat Aceh bergejolak di tahun 2003, Nina melihat banyak anggota Brimob yang berjaga di desa dan ia merasa itu tugas yang tidak mudah. Mereka siap menghadapi apa pun yang terjadi. Kesan yang mendalam tersebut makin bertambah setiap kali ia pulang bertugas dari Polda Banda Aceh. Nina selalu melihat para anggota Brimob yang sedang sibuk berlatih. Markas Detasemen Brimob memang berada tepat di depan kantornya. Saat melihat anggota Brimo yang sedang giat berlatih, Nina merasa sepertinya kegiatan itu cukup menantang dan menyenangkan. Ia pun segera menambah informasi mengenai Brimob dengan banyak bertanya kepada seniornya. Semakin banyak informasi yang ia dapatkan, semakin membuatnya tertarik bergabung.


Di bulan keenam, Nina minta rekomendasi komandan satuannya untuk bisa masuk sebagai anggota. Setelah resmi bergabung sebagai anggota Brimob, Nina kemudian mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai tes dan kemampuan, agar bisa masuk dalam tim Gegana. Ketika sudah masuk tim Gegana, ia kembali mendapatkan pelatihan khusus. Karena memang ada tujuh kemampuan khusus yang harus dimiliki Korps Brimob. Mulai dari Wanteror (perlawanan terorisme), Jibom (penjinakan bom), KLBM (Ketangkasan Lapangan Brigade Mobil), KBR (Kimia, Biologi, dan Radioaktif), PHH (Pengendalian Huru Hara), Resmob (Reserse Mobil), dan SAR (Search And Rescue). Dari semuanya itu, Nina memang tertarik bergabung dengan Wanteror. Bersyukur, hasil tes kemampuan pun menyatakan ia lolos dan bisa bergabung dengan pasukan organik Wanteror. Saat itu ia juga merupakam perempuan pertama yang bergabung di Banda Aceh.

Ketertarikannya pada pasukan Wanteror, selain karena mengandalkan fisik, kecepatan, akurasi, dan kecerdasan, bisa menggunakan senjata juga menjadi tantangan buat Nina. Ia juga tertarik mendapatkan ilmu yang berbeda dan tugas polisi lainnya. Kehadirannya dalam Korps Brimob dan tim Gegana ini ia harapkan bisa menjadi motivasi bagi polwan lainnya agar bisa menguji kemampuan. Dan ternyata hasilnya memang sudah ada. Saat ini sudah ada lima polwan yang bergabung dengan tim Gegana Polda Banda Aceh. Sejak bergabung dengan kesatuan, latihan fisik memang rutin dilakukan. Sama halnya saat bergabung dengan pasukan Wanteror, latihan fisik yang dilakukan menjadi dua kali lebih keras, tetapi semuanya bisa dilakukan Nina dengan baik. Apalagi ia sudah berkomitmen untuk berada di kesatuan. Nina juga memiliki bekal kemampuan bela diri saat sekolah. Jadi memang tidak ada masalah dengan ketahanan fisiknya.

Meski tugas berat belum menghampirinya, namun latihan harus jalan terus. Dan tentu saja Nina harus siap bertugas kapan pun diminta dan dipanggil. Nina sudah sempat mendapatkan tugas untuk pengamanan presiden saat berkunjung ke daerah Banda Aceh. Semuanya ia lakukan dengan penuh persiapan dan maksimal tentunya. Beberapa pengalaman menarik memang ia dapatkan saat bertugas. Misalnya, saat sedang bertugas dan bergabung dengan Wanteror, anggota lain tidak tahu bahwa ia adalah seorang perempuan. Itu karena Nina menggunakan pakaian lengkap beserta helm baja dan bersuara seperti laki-laki. Beberapa dari mereka yang tidak tahu menepuk bahunya seperti kebiasaan teman-teman pria lainnya. Usai bertugas dan melapor, baru ia membuka helm bajanya dan melihat ada dari mereka yang terkejut begitu tahu ada anggota Wanteror perempuan.


Nina berpikir, semua pekerjaan tentu memiliki risiko masing-masing. Memang awalnya, keluarganya juga cemas dan khawatir, tetapi pekerjaan yang sudah Nina pilih harus tetap dijalani. Nina berusaha meyakinkan kedua orangtuanya bahwa ia bisa bekerja dengan maksimal dan mengharapkan doa agar senantiasa diberikan kemudahan dan dilindungi oleh Tuhan setiap kali bertugas. Nina juga berkeyakinan, karena pekerjaan yang ia lakukan untuk kebaikan, jadi semuanya akan berjalan dengan baik. Yang diperlukan selanjutnya adalah persiapan fisik dan konsentrasi. Untungnya, Nina pun bisa beradaptasi dengan baik dengan anggota tim yang didominasi pria. Dan mereka pun juga tidak lantas mengistimewakan dirinya karena ia perempuan. Semua berjalan di koridor yang semestinya. Mereka saling menghormati karena berada dalam satu tim. Nina pun juga senang mendapatkan komandan satuan, AKBP Asnawi Hasyim, yang juga mendukungnya serta memberikan kesempatan yang sama tanpa memberikan keistimewaan.

Di balik pekerjaannya yang terkesan gagah, namun Nina tetap sadar dengan kodratnya sebagai perempuan. Ia harus tetap terlihat cantik meskipun sedang bertugas. Maka ia harus terus menjaga dan melakukan perawatan tubuh. Apalagi latihan rutin yang ia lakukan dari pagi hingga sore hari di lapangan. Nina biasanya tak lupa memakai masker wajah sebelum tidur dan rutin melakukan perawatan ke salon setiap weekend. Menurutnya, biarpun pekerjaannya mengangkat senjata, ia juga perlu tetap tampil menarik seperti perempuan lainnya. Jadi perawatan dari ujung kepala sampai ujung kuku kaki tetap ia lakukan. Nina pun masih memiliki hobi yang bertolak belakang dengan profesinya. Ia suka sekali menari dan beberapa kali sering tampil menari di acara-acara yang diadakan Polda Banda Aceh. Menari baginya bisa menjadi hiburan yang menyegarkan. Dulunya ia memang sudah suka menari, khususnya tari kreasi, tapi hanya sekedar untuk kesenangan saja.

Setelah menikah, Nina juga ingin bisa tetap berkarier dan tetap menjalani kodrat sebagai istri yang patuh pada suami. Untungnya, sang suami juga sama-sama anggota kesatuan yang bertugas di Bengkulu. Mereka saling mendukung aktivitas masing-masing. Nina juga makin bersemangat karena saat ini sudah ada lima polwan yang juga bergabung dalam tim sehingga ia ingin mereka bisa berhasil bahkan bisa lebih baik darinya. Ini tentu bisa memotivasi perempuan lain di luar sana yang ingin mencoba berkecimpung dalam kesatuan dengan keahlian khusus.




0 komentar:

Posting Komentar