Kamis, 06 Maret 2014




Berkat kepeduliannya, CEO Nalacity Shop, Yovita Salysa Aulia, bisa membuat kaum marginal menjadi berdaya. Melalui bendera Nalacity Shop, Yovita merangkul 20 orang yang pernah menderita kusta agar mampu berkarya dan lebih produktif. Berkat kegigihannya memberikan pelatihan, ibu-ibu tersebut mampu membuat jilbab dengan aplikasi payet dan kreasi manik serta beragam pernak-pernik fashion lainnya.

Nalacity merupakan wirausaha sosial (sociopreneurship) yang memberdayakan ibu-ibu mantan penderita kusta di Sitanala, Tangerang, Banten. Bisnis ini berawal dari proyek sosial Indonesia Leadership Development Program generasi pertama yang digulirkan lima mahasiswa Universita Indonesia dari fakultas yang berbeda, yakni Yovita, Hafiza, Arriyadhul, Andreas, dan Alfi. Mereka dituntut untuk memenuhi kewajiban dari Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia sebagai mahasiswa berprestasi Universitas Indonesia pada 2010. Dari hasil pemikiran mereka, pada 10 November 2012 terbentuklah Nalacity.

Kampung kusta Sitanala merupakan sebuah daerah di Tangerang yang memiliki rumah sakit khusus bagi pasien penderita kusta. Kebanyakan para pasien yang telah sembuh enggan kembali ke tempat asalnya dan lebih memilih menetap di lingkungan sekitar rumah sakit. Mereka malu dengan dampak kusta yang menyebabkan kecacatan permanen pada tubuh mereka. Yovita memantau, sebagian masyarakat masih jijik terhadap penderita kusta. Tapi, sebagian lainnya sudah mau membuka pikiran mereka dan menerima kehadiran mantan penderita kusta.





Yovita dan teman-temannya pun terpikir untuk membantu komunitas marginal ini karena jarang sekali ada orang yang mau memberdayakan mereka karena kusta. Mereka pun menyampaikan niat baik tersebut pada ketua rukun tetangga (RT) setempat. Respons yang diterima cukup baik. Ketua RT setempat bahkan membantu Yovita mengumpulkan 20 orang ibu mantan penderita kusta untuk dilatih.

Yovita mengatakan, menjalankan Nalacity tidaklah mudah. Apalagi, tidak ada satu pun dari ia dan teman-temannya yang berasal dari latar belakang pengusaha, sehingga butuh upaya keras menjalankan bisnis tersebut. Ditambah lagi, Nalacity merupakan bisnis sosial yang masih terus belajar dan mencari jati diri. Tapi, Yovita yakin, kesulitan yang dihadapi ada jalan keluarnya. Yovita percaya, saat kita menjalankan dengan ikhlas dan sepenuh hati apa yang kita kerjakan untuk membantu sesama, akan selalu ada jalan kemudahan.

Setelah dilatih selama sebulan, ke 20 mantan penderita kusta itu kini mampu menghasilkan jilbab kreasi dan aneka pernik fashion lain, seperti bros. Dalam sebulan, mereka mampu menghasilkan 50 hingga 60 jilbab. Omzet yang diperoleh Nalacity memang belum banyak, baru sekitar tiga juta hingga empat juta rupiah per bulan. Dengan omzet yang masih terbatas ini, Yovita belum berani menambah pekerja di Nalacity meskipun banyak penderita kusta yang berniat bergabung. Kalau ke 20 mantan penderita kusta yang saat ini bekerja dengan Nalacity sudah cukup mandiri, ia baru berani membuka kesempatan bagi ibu-ibu lainnya.





Selain membuat jilbab dan aneka pernik, ke 20 mantan penderita kusta itu juga memiliki kegiatan lain. Mereka aktif memeriksa kesehatan dan penyuluhan terhadap anak-anak mereka. Nalacity juga kerap mengadakan gathering atau kegiatan berbagi rezeki saat hari-hari besar Islam.

Beberapa pekerja Nalacity juga memiliki pekerjaan di tempat lain. Yovita memang tidak melarang mereka memiliki dua pekerjaan. Pasalnya, kebanyakan dari mereka mempunyai kehidupan ekonomi lemah, sehingga Yovita tidak ingin menutup pintu penghasilan mereka dari sumber lain. Karena bagaimana pun ia dan rekan-rekannya belum bisa menjanjikan kehidupan yang lebih baik.

Yovita sendiri memilih fokus mengurusi Nalacity. Dia ingin ke depannya produk-produk Nalacity yang sebagian besar dipasarkan lewat online ini dipandang kualitasnya dan bukan karena siapa yang membuat. Karena awalnya, kebanyakan orang yang membeli karena ingin menghargai pembuatnya. Tapi Yovita ingin mulai saat ini orang yang membeli karena suka akan kulitasnya.





Perempuan kelahiran 18 November 1989 ini pun saat ini sedang mengusahakan agar Nalacity dapat menjadi sebuah yayasan. Prosesnya sedang memasuki tahap pengambilan akta dan tanda tangan. Dia berharap, di tahun 2014 ini rencana tersebut bisa segera direalisasikan.

Tekad Yovita berkecimpung di dunia bisnis sosial tidaklah setengah-setengah. Ia memiliki impian mengembangkan Nalacity hingga ke jagad internasional, baik sebagai bisnis sosial maupun sebagai sebuah yayasan. Menurutnya, pemberdayaan mantan penderita kusta masih sangat jarang. Dan ia berharap, bisa menjadi pelopor di Indonesia dan dunia dengan sistem bisnis sosialnya, serta menjadi sampel pemberdayaan mantan penderita kusta.

Dari sisi pemasaran produk, Yovita berharap, hasil karya Nalacity dapat dijual di luar negeri. Yovita ingin Nalacity tidak hanya bergerak demi rupiah semata, tetapi juga berkontribusi pada masyarakat. Intinya, ia ingin memberdayakan kaum marginal menjadi lebih produktif.

Mendapat pendampingan dari Yovita dan rekan, Nalacity telah menapai sejumlah prestasi. Nalacity masuk sebagai finalis kompetisi Fatigon Aksi Semangat berikut iklan TV-nya. Mereka juga menerima pembiayaan dari Universitas Indonesia Young Smart Entrepreneurship Program (UIYSEP) 2012 dan menjadi pemenang Mandiri Bersama Mandiri (MBM) Challenge bidang Industri Kreatif kategori Start Up 2012.





BOLU KUKUS KETAN ITEM, OLEH-OLEH KHAS JAKARTA DENGAN CITA RASA LEZAT DAN MENGGUGAH SELERA. PESAN DI 085695138867 ATAU KLIK DI SINI



0 komentar:

Posting Komentar