Sejak ditunjuk
sebagai Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero),
perempuan kelahiran Desember 1985 yang akrab disapa Tyas ini semakin sulit
ditemui. Tak heran, sebab di pundaknya kini bergantung masa depan tiga candi
yang telah menjadi warisan tak hanya bagi Indonesia tapi juga dunia
Proses Tyas
sampai akhirnya bisa menjadi Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), berawal dari adanya wacana pencalonan
dirinya, ketika terjadi rapat pimpinan mingguan Kementrian BUMN tangal 21
November 2013. Perlu diketahui, salah satu tugas tambahan Tyas sejak Dahlan
Iskan menjadi Menteri BUMN adalah membantu pelaksanaan Rapat Pimpinan
Kementrian BUMN.
Gaya kepemimpinan
Dahlan Iskan yang tidak terlalu suka membaca laporan tertulis dan birokrasi
yang panjang, menjadi salah satu alasan sebagian besar keputusan penting di
Kementrian BUMN diambil melalui rapat pimpinan mingguan. Dalam rapat pimpinan
tersebut, Tyas bertugas menyiapkan bahan dan merangkum jalannya rapat untuk
disajikan secara langsung di depan peserta rapat, yang terdiri dari menteri,
pejabat eselon I, dan beberapa pejabat eselon II yang penting. Selain itu tugas
lainnya adalah menyusun hasil rapat pimpinan.
Ketika itu,
seperti biasa ia bertugas di rapat pimpinan yang diadakan di Dok. Kodja Bahari, Jakarta Utara.
Salah satu agenda pembahasannya terkait pengisian jabatan Direktur Utama PT
Taman Wisata Candi yang memang sudah pernah dibicarakan beberapa minggu
sebelumnya. Tiba-tiba saja secara spontan, Dahlan Iskan menunjuknya untuk
mengisi posisi Dirut PT Taman Wisata Candi.
Setelah itu,
Dahlan Iskan segera mengkonfirmasi ke setiap peserta rapat, menanyakan apakah
ada yang keberatan atau memberi pertimbangan lain atas usulannya. Dan pada saat
itu tidak ada peserta rapat yang menyampaikan keberatan atau ketidak
setujuannya.
Namun di Kementrian BUMN terdapat prosedur dalam pemilihan
Direksi. Untuk itu,
Tyas pun meminta agar seluruh prosedur yang ada tetap dijalakan. Tak hanya agar
sesuai dengan regulasi yang ada, tapi juga untuk memberikan jaminan bahwa
dirinya memang pantas ditugaskan sebagai Direksi di BUMN. Di antara prosedur
itu meliputi proses assesement test yang dilakukan oleh lembaga independen dan
wawancara. Dahlan Iskan sendiri tak menyatakan apa alasan khusus beliau
menunjuk Tyas. Dahlan Iskan hanya menanyakan usia dan latar belakang
pendidikannya secara lengkap, serta kemampuan penguasaan bahasa asingnya.
Tyas
sebelumnya menempuh pendidikan Diploma 3 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)
dan lulus di akhir 2006. Sebagai lulusan STAN, ia pun terikat kewajiban untuk
bekerja sebagai PNS di Kementrian Keuangan selama 10 tahun, dihitung dengan
formula tiga kali masa pendidikan plus satu tahun. Setelah lulus, ia mendapat
pilihan untuk bekerja sebagai PNS Kementrian Keuangan atau di Kementrian BUMN.
Dengan dasar
pertimbangan ingin segera melanjutkan ke jenjang S1, ia pun memilih bekerja di
Kementrian BUMN. Sampai saat ini pun ia masih terikat kewajiban kerja kepada negara.
Maka, pekerjaan utamanya masih sebagai PNS di Kementrian BUMN. Sebelumnya, ia
juga beberapa kali dipercaya menjalankan tugas lain di BUMN, di antaranya
menjadi anggota Komite Manajemen Risiko PT Antam Tbk serta sebagai Sekretaris
Dewan Komisaris PT Perusahaan Pengelola Aset.
Pada dasarnya
Tyas tidak pernah bermimpi atau secara sengaja mengejar suatu jabatan atau
posisi tertentu. Dalam menjalankan tugas, seringkali ia hanya berusaha
menjalankan kewajiban dan menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Sebagai Dirut,
saat ini kewajibannya adalah mengorganisir dan mengelola sumber daya yang
dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan pendirian perusahaan. Tujuan dari PT
Taman Wisata Candi tentu saja tak melulu mengejar keuntungan, tapi lebih dari
itu. Yakni melindungi warisan dunia dalam bentuk Candi Borobudur, Prambanan,
dan Ratu Boko.
Hambatan atau
kendala terbesar menjadi Dirut PT Taman Wisata Candi, terlebih di usia yang
sangat muda, yang paling terasa adalah memenangkan kepercayaan dan
dukungan dari seluruh stakeholders termasuk internal perusahaan. Baginya, seorang
pemimpin hanya bisa memimpin jika ia mempunyai pengikut yang pecaya kepadanya.
Dengan latar belakang pengalaman serta usia, Tyas merasa memang wajar apabila
ada keragu-raguan dari berbagai pihak atas kemampuannya dalam memimpin.
Oleh karena itu,
bisa mendapatkan kepercayaan dari stakeholders ini merupakan salah satu faktor kunci dalam
menjalankan tugasnya, apalagi untuk perusahaan seperti Taman Wisata Candi yang
stakeholders-nya banyak dan beragam. Untuk mengatasi hambatan tadi, beberapa
hal yang Tyas lakukan antara lain mengakui dan menerima kekurangannya sejak
awal, karena menurutnya langkah awal dari suatu solusi diawali dengan
mengidentifikasi akar masalah.
Bahwa dirinya
kurang pengalaman, memang benar adanya. Tapi ia mempunyai antusiasme untuk
berusaha dan belajar banyak hal. Selain mengakui kelemahan sejak awal, ia juga
mencoba menjelaskan konteks dari penugasan dirinya. Ia datang semata-mata hanya
untuk menjalakan tugas, tanpa adanya kepentingan lain, termasuk mengejar posisi
atau gengsi.
Di awal masa
jabatan, Tyas juga menyediakan banyak waktu untuk mendengar masukan dan
pendapat dari berbagai pihak. Hal ini penting untuk mendapat gambaran utuh dan
objektif dari keadaan, masalah dan aspirasi stakeholders atas perusahaan.
Mendengarkan juga merupakan salah sau metode belajar yang ia rasa cukup efektif
untuk menutupi gap kekurangannya.
Setelah ia
merasa cukup mendengarkan, dan juga mengkonfirmasi, salah satunya dengan meihat
ke lapangan, ia pun bisa menentukan langkah ke depan. Selain itu, ia juga sebisa
mungkin melibatkan seluruh pihak, baik dengan cara turun langsung ke lapangan,
membuka diri untuk diskusi, aktif melakukan audiensi, serta aktif menemui
stakeholders yang memiliki pengaruh kepada pengelolaan perusahaan.
Di internal
perusahaan, hal ini penting untuk mewujudkan kolaborasi dan soliditas dalam
organisasi. Karena pada dasarnya kekurangan salah satu anggota organisasi dapat
ditutupi oleh kelebihan dari anggota lainnya. Usaha melibatkan banyak pihak
juga merupakan salah satu cara untuk menimbulkan adanya rasa kebersamaan dan
memiliki terhadap suatu keputusan dalam perusahaan.
Menurut Tyas,
melakukan pendekatan dan membangun jejaring informal, baik untuk mendapatkan
informasi maupun dukungan, serta peluang kolaborasi. Tyas menyadari,
keahliannya untuk berkomunikasi di depan publik masih belum cukup. Untuk itu,
ia mencoba mengkompensasinya dengan melakukan pendekatan yang sifatnya lebih
informal atau kasual.
Langkah atau
program yang disiapkan Tyas agar PT Taman Wisata Candi semakin berkembang
adalah dengan berusaha memenuhi tujuan awal perusahaan, yaitu mendukung
pelestarian ketiga candi sebagai warisan dunia. Ketika bicara soal warisan,
tentu saja hal ini tak hanya terbatas pada candinya saja, tapi juga beberapa
nilai intrinsik yang tak bisa dipisahkan dari candi tersebut. Misalnya, nilai
budaya, edukasi, religi, dan estetika yang pelaksanaannya tak bisa tidak melibatkan
masyarakat sekitar.
Dengan jabatan
yang dipegangnya sekarang, Tyas sangat bersyukur mempunyai keluarga yang sangat
suportif. Kekhawatiran pada diri orang tuanya pasti ada. Namun kedua orang
tuanya juga yang menanamkan prinsip kepadanya, bahwa setiap tugas apabila masih
berada dalam koridor yang benar, harus dijalankan dengan ikhlas dan sebaik
mungkin. Pesan dari kedua orang tuanya sederhana saja, yakni dalam menjalankan
tugas ke depannya, ia diminta tak boleh rendah diri atau tinggi hati.
Sementara
tanggapan teman-temannya terutama yang berada di dalam lingkungan kerja tak
terlalu berbeda dengan keluarganya. Mereka semua pada dasarnya suportif dengan
penugasannya ini. Mereka juga yang akan selalu menguatkan dan mengingatkan,
bila dirinya mungkin salah jalan. Tyas menegaskan, pada dasarnya penugasannya
ini tak mengubah hubungan sosial dan pertemanannya. Jika ada yang berubah,
hanya pada pola interaksinya saja.
Tyas bersyukur
pula ia hidup di masa sekarang, karena arus dan media komunikasi sangat
beragam, sehingga bisa memudahkan dirinya dalam menjaga hubungan dengan
teman-teman dan keluarga. Dengan meningkatnya kewajiban dan konsekuensi harus
pindah kota untuk melakukan tugas, tentu saja secara kuantitas waktu ia sangat
berkurang untuk bertemu teman-teman. Untuk itu, ia mencoba meningkatkannya dari
sisi kualitas.
Tyas mengaku,
di masa awal dirinya menerima pekerjaan baru ini, dirinya sempat bingung, apa
yang harus dikerjakannya terlebih dulu. Tapi secara perlahan semua menjadi
lebih jelas dengan adanya dukungan dan informasi yang ia dapatkan.
Sebelumnya,
Tyas biasa mempunyai banyak hobi dan kesibukan untuk mengisi waktu luang. Ia
juga aktif di beberapa kegiatan sosial bersama teman-teman, selain melakukan
hobi seperti membaca buku dan mencari pengalaman baru dengan belajar menari Jawa,
misalnya. Ia juga gemar mendaki gunung. Biasanya tiap ada waktu luang yang
cukup panjang, ia sengaja menyiapkan waktu untuk naik gunung.
Tapi dengan
kesibukannya sebagai Dirut BUMN saat ini, ia memang belum punya banyak waktu
lagi untuk menjalani hobi itu. Tapi ia akan berusaha mencoba sebisa mungkin
untuk mengalokasikan waktu bagi penyaluran hobinya, paling tidak untuk mendaki
gunung-gunung di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Kalaupun ada
kebiasaannya yang berubah setelah menjadi Dirut BUMN adalah, sekarang ini ia sudah
tidak naik ojek lagi setiap pagi saat akan berangkat kerja. Saat masih tinggal
di Jakarta hampir setiap hari Tyas memang selalu naik ojek untuk bepergian,
karena praktis dan cepat. Namun, sekarang ini ia tinggal di Yogyakarta, di mana
mencari ojek tidak semudah di Jakata. Padahal jarak tempat tinggalnya saat ini
lumayan jauh dari kantornya. Untungnya ia disediakan mobil dinas untuk mendukung
keperluan pekerjaannya.
Untuk
kehidupan pribadi yang akan dilakukannya ke depan, Tyas mengaku pada dasarnya
ia tidak pernah membuat rencana apa pun. Yang ia buat biasanya hanya berupa alternatif
untuk masa depan. Baginya, hidup dibiarkan mengalir saja. Karena, ia belajar
dari pengalaman yang sudah terjadi, sebagian besar kejadian penting di dalam
hidupnya datangnya tidak pernah direncanakan.
0 komentar:
Posting Komentar