Dara cantik
yang tinggal di Surabaya ini amat mencintai arsitektur. Usai lulus dari
Nottingham University, Inggris, kecintaannya pada ilmu rancang bangun
dituangkan dengan membuka sebuah lembaga kursus bagi anak-anak dan remaja.
Tahun 2009, Smarch Architecture Course Surabaya (SACS) itu berdiri. Kini
lembaga yang bisa jadi pertama di Indonesia itu berkembang pesat dengan ratusan
siswa. Walau tidak berniat menjadi arsitek, tapi menurut Maria ilmu arsitek itu
sangat bagus diberikan kepada anak, karena mengajarkan cara berpikir logis dan
menyelaraskan antara otak kiri dan kanan anak.
Selepas SMA,
Maria memang langsung melanjutkan kuliah di jurusan arsitektur Universitas
Petra, Surabaya. Setelah tamat, barulah ia melanjutkan S2 arsitektur di
Nottingham University. Di sana, ia mengambil jurusan urban design yang mengupas persoalan perkotaan. Setelah tamat, ia
sempat menjadi dosen di sana selama setahun, kemudian baru kembali ke
Indonesia. Ketika kuliah di Inggris itu, Maria juga menjadi relawan pada
lembaga semacam persatuan arsitek di Indonesia. Salah satu kegiatan sosial yang
dilakukan adalah menyelenggarakan architecture
weeks for kids. Di sana, para mahasiswa arsitek yang menjadi relawan
memberikan edukasi atau memperkenalkan dunia arsitektur kepada anak-anak.
Caranya sangat sederhana, misalnya hanya dengan menanam tanaman di dalam pot
kemudian meletakkan di pinggir jalan dengan rapi, dan sebagainya.
Maria pun
berpikir bahwa kegiatan edukasi serupa bisa ia lakukan di Indonesia, walau
tidak sesederhana yang di Inggris. Maria ingin mengajarkan anak-anak lebih luas
dan dalam lagi. Karena ia melihat hal ini sangat menarik. Apalagi, selain suka
dunia arsitektur, ia juga punya minat yang besar untuk mengajar. Maka, setelah
kembali ke Indonesia, niat itu kemudian ia wujudkan di tahun 2009. Pertama kali
merintis, ia menyewa satu ruangan kecil di salah satu sekolah dasar
internasional. Kepada ibu para siswa, Maria menawarkan program dan bersedia
masuk ke tempat kursusnya. Jadi sifatnya seperti ekstrakurikuler, hanya masuk
seminggu sekali selama satu jam. Setiap level lamanya empat bulan.
Maria mengaku,
awalnya memang harus berjuang keras untuk memperkenalkan programnya. Selain
menawarkan secara langsung, ia juga berpromosi lewat Facebook. Usaha itu ternyata
tidak sia-sia. Siswa yang masuk makin lama makin banyak sehingga ia harus
pindah ke tempat yang lebih besar. Saat ini jumlah siswanya mencapai 400 anak
lebih dengan 12 pengajar. Selain di Surabaya Barat, ia juga sudah membuka
cabang di kawasan Surabaya Timur.
Menurut Maria,
belajar arsitektur itu memang penting buat anak, karena pada dasarnya
arsitektur itu tidak sekedar membuat bangunan, tetapi belajar bagaimana agar
gedung yang didesain memiliki keselarasan. Arsitektur itu adalah ilmu art yang logis. Misalnya, ketika kita
membuat rumah, kemudian temboknya dicat merah. Kalau di arsitektur, harus ada
alasan kenapa rumah itu dicat merah. Demikian pula ketika membuat desain sebuah
kota, maka desainnya juga harus logis. Di mana letak rumah sakit, letak mal,
fasilitas umum dan lainnya. Jadi tidak asal membuat. Belajar arsitektur akan
membuat otak kanan dan kiri seimbang. Maria pun punya contoh menarik. Banyak
orangtua siswa play group dan SD yang
mengatakan bahwa sejak ikut kursus arsitektur, anaknya sudah mulai pandai
memadupadankan warna baju yang dikenakan. Ini sesuai dengan pelajaran yang ia
berikan ketika kursus, yakni tentang komposisi warna.
Pelajaran yang
diberikan SACS disesuaikan dengan usia dan tingkatannya. Untuk anak usia play group, pelajaran yang diberikan
antara lain sketching, colouring, dan painting untuk melatih motorik. Anak kelas 1 sampai kelas 4 SD
belajar shapes, ragam arsitektur
sederhana, dan teori warna. Anak kelas 4-6 SD diajarkan variasi fungsi
bangunan, teori warna, dan desain kota. Sementara anak SMP, diajarkan definisi
arsitektur, arsitektur nusantara dan dunia. Untuk anak SMA, pelajarannya masuk
ke ilmu arsitektur yaitu gambar isometric,
gambar teknik, gambar perspektif, teori warna, sejarah dan teori arsitektur.
Tapi semuanya itu diajarkan dengan cara yang sangat fun sehingga anak-anak suka. Tidak setiap hari, tetapi cukup
seminggu sekali sehingga anak-anak tidak bosan.
Memperkenalkan
dunia arsitektur kepada anak, kata Maria memang tidak gampang. Butuh perjuangan
sendiri. Namun yang pasti, para pengajar harus telaten, sabar, dan bisa membawa
materi dengan fun. Saat ini, para
pengajar di SACS selain sarjana arsitek semua, sekaligus juga ia berikan bekal
ilmu psikologi anak. Untuk menyegarkan suasana, pelajaran tidak sekedar diberikan
di dalam kelas, tetapi anak-anak itu juga diajak trip ke gedung-gedung yang memiliki seni arsitektur bagus, misalnya
Masjid Al Akbar, Masjid Cheng Ho, juga Vihara Kenjeran.
Tapi SACS juga
tidak bisa menjamin anak yang kursus kelak akan memilih menjadi arsitek. Karena
dalam perjalanan waktu akan dilihat apakah kira-kira pas atau tidak ke jurusan
itu atau mungkin malah tidak cocok sama sekali di bidang ini. Selama kursus memang
akan terlihat apakah seorang anak lebih cocok di arsitektur atau justru di jurusan
lain, misalnya teknik sipil atau desain interior, dan sebagainya. Ada
pengalaman di SACS, seorang siswa punya minat sangat tinggi pada arsitektur.
Tetapi setelah belajar beberapa saat, Maria melihat siswa itu sepertinya tidak
cocok di arsitektur tetapi lebih pas ke teknik sipil. Setelah orangtua dan anak
diberi penjelasan, akhirnya mereka menuruti anjuran Maria untuk masuk ke teknik
sipil. Dan ternyata benar, di teknik sipil, kemampuan anak itu luar biasa bagus
meski dia tetap mencintai dunia arsitektur.
Maria pun
menjelaskan, bahwa kemampuan menggambar bagi seseorang yang ingin menjadi
arsitek tidaklah terlalu sangat penting. Yang lebih penting sebetulnya adalah
memahami konsep dengan baik. Meski gambarnya kurang oke, tetapi bila memahami
konsep itu jauh lebih bagus daripada pandai menggambar tapi tidak punya konsep.
Karena di dunia arsitektur tidak sekedar menggambar tetapi harus mengerti
konsep, culture, perilaku manusia,
dan sebagainya. Contoh saja, misalnya seorang arsitek yang mau membuat bangunan
rumah seseorang. Pasti si pemilik diajak diskusi terlebih dahulu. Karena dari
diskusi itulah akan terlihat bagaimana karakter orangnya dan sudut pandang si
pemilik terhadap sebuah bangunan yang diinginkan. Baru dari hasil diskusi itu,
seorang arsitek akan membuat gambar sesuai karakter si pemilik rumah.
Maria mengaku,
sejak kecil memang sudah ingin menjadi insinyur namun belum spesifik insinyur
di bidang apa. Ketika kelas 2 SMP ia punya dua keinginan, yang pertama arsitek,
dan yang kedua komunikasi. Baru ketika masuk bangku SMA, ia mantap memilih
arsitek. Alasannya sederhana saja, karena untuk komunikasi ia bisa
mempelajarinya sambil berjalan. Sementara orangtuanya saat itu inginnya ia
berdagang saja agar bisa menghasilkan banyak uang. Tetapi bagi Maria, hidup
tidak mesti berorientasi materi tetapi juga perlu kepuasan batin. Dan ternyata
benar, ketika kuliah di jurusan arsitektur, ia sangat menyukai bidang ini.
Maria sangat menikmati semester demi semester yang ia lalui sampai akhirnya
lulus dengan nilai cukup bagus.
Yang
membuatnya begitu tertarik dengan dunia arsitek adalah, karena sejak kecil
Maria memang senang sekali melihat bangunan. Ketika melihat sebuah bangunan,
apalagi yang menurutnya unik, secara tak langsung berbagai pertanyaan muncul
tentang bangunan tersebut. Mulai dari kenapa bangunan tersebut berbentuk
demikian, kenapa posisi pintunya ada di sana, kenapa pula warnanya begitu, dan
banyak lagi pertanyaan lainnya. Oleh karena itu, hobi Maria saat ini adalah traveling ke berbagai negara yang punya
bangunan bernilai sejarah atau culture
yang kuat. Sampai saat ini Maria sudah keliling hampir ke seluruh dunia, hanya
sebagian kecil saja yang belum.
Luar biasa idenya. Kapan akan membuka di Bandung mbak Maria?
BalasHapusBuka di Cibubur dong Mba Maria.. ? dari dulu nyari les arsitek buat anak tapi belum nemu di jakarta.kalo mau contact aku ya.. Debby di wa 018355492352
BalasHapusAlamat yg di suabaya timur di mana ya....
BalasHapus