Rabu, 22 Juni 2016



Perempuan hebat kelahiran 7 Juni 1973 ini menggeluti bisnis yang jarang diminati oleh kaum hawa. Kini, Yunita Riris Widawaty, yang memilih menekuni bisnis game, menjabat sebagai CEO Gambreng Games. Selain serius menggeluti bisnis game, Riris, begitu ia biasa dipanggil, juga menekuni dunia pustaka dan berpengalaman menjadi kepala pustakawan di berbagai lembaga pendidikan. Prestasinya juga tak main-main. Istri dari Didiet Haryadi ini menyabet gelar Pustakawan Terbaik Nasional Tahun 2014. Lulusan S1 jurusan Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia ini melanjutkan pendidikan master di UI juga di bidang yang sama.

Riris bercerita, ketika bekerja di Universitas Multimedia Nuantara, Serpong, Tangerang Selatan, ia sering bertemu dengan Dodik Sudirman, dosen yang juga Sekretaris Program Studi IT. Saat itu, Dodik mengungkapkan rencananya membangun start up bisnis studio game, lalu menawarkan Riris untuk bergabung sebagai CEO. Nama Gambreng Games yang digagas Riris ternyata punya cerita sendiri. Setiap sore, ia sering mendengar anak-anak asyik bermain hom pim pah. Dari situlah ia berpikir, mengapa tidak memakai nama Gambreng saja, dan tidak perlu mencari nama yang keren dan kebarat-baratan. Apalagi nama ini juga identik sekali dengan Indonesia dan belum ada game developer yang memiliki nama unik seperti ini. Tahun 2013, Gambreng Games pun resmi beroperasi, dengan menempati sebuah studio di kawasan Karawaci.


Riris pun bisa belajar dengan cepat bagaimana tugas seorang produser game, memproduksi sebuah game, proses apa saja untuk membuat game, siapa saja tim yang terlibat, dan lainnya. Ia benar-benar memulainya dari nol atau learning by doing. Sebagai pustakawan, Riris mengaku beruntung karena ia punya banyak sumber informasi lewat berbagai referensi, baik buku maupun riset, serta diskusi dengan para game developer dan teman-teman yang bergabung dalam Asosiasi Game Indonesia. Kebetulan, ia memang tipe orang yang selalu penasaran dan ingin tahu. Ini menjadi modalnya juga untuk bisa terjun di dunia ini. Sampai saat ini, ia masih terus belajar dan merasa yakin bisa berkontribusi lewat game.

Menurut Riris, teknologi terus berkembang dan sudah menjadi kebutuhan. Jadi, tidak ada salahnya memikirkan solusi masalah lewat teknologi. Contohnya, saat ia meluncurkan game bernama La La La. Game ini mengembalikan nostalgia lagu anak Indonesia dengan menebak judul lagu. Game ini juga mengajak anak bermain dengan fun. Responsnya ternyata luar biasa. Bahkan game ini masuk ke Google Play dalam kategori Cool Parenting dan bisa bersaing dengan game developer dari berbagai negara di belahan dunia. Padahal selama ini jarang sekali game developer Indonesia yang bisa masuk dalam kategori ini. Contoh lain, Riris berhasil meraih penghargaan Pustakawan Terbaik Nasional 2014 karena berhasil membuat game yang membantu orang asing untuk belajar bahasa Indonesia. Nama game-nya Brina’sSquash, intinya membentuk kata menjadi kalimat. Dengan game ini, orang asing bisa dengan cepat memperkaya perbendaharaan kata dan kalimat dalam bahasa Indonesia. Belum lagi dengan 4 seri buku yang juga ikut dibuat, yaitu seri kosakata, menulis, tata bahasa, dan berbicara, yang merupakan hasil kerja sama dan kesadaran para akademisi yang melihat bahwa referensi buku-buku bahasa Indonesia justru diproduksi dan didominasi oleh orang luar, bukan orang Indonesia sendiri.

Riris juga mengaku banyak sekali tantangan yang harus dihadapi untuk bisa terjun dan bertahan di bisnis ini. Namun ia meyakini apabila sudah punya passion dan benar-benar mau belajar serta bekerja keras, tentu akan menuai benihnya. Bagi Riris, dunia per-game-an, benar-benar menyenangkan dan penuh tantangan. Industri ini diberi nama industri kreatif karena memang yang terjun adalah orang-orang yang kreatif. Untuk membuat inovasi dan kreatifitas bukanlah hal yang mudah. Dan saat ini Riris sudah bisa membuktikan bahwa melestarikan budaya melalui game pun juga bisa.


Sayangnya, menurut Riris, dunia kreatif, khususnya game, di Indonesia belum mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Bisa dibilang ini masih dianak tirikan dibanding industri kreatif lainnya, seperti batik atau film. Padahal, di Eropa bisnis ini sangat cemerlang sekali. Semua investor saat ini sudah beralih ke investasi game. Untungnya, lanjut Riris, dunia pendidikan kini sudah mulai melirik industri game. Universitas besar seperti ITB, UI, sudah menyediakan pendidikan ini. Tentu, apabil ada lulusannya, maka harus adapula industri yang siap untuk menampung. Riris berharap pemerintah benar-benar bergerak dan mendukung industri game ini. Industri game memang masih muda dan menawarkan banyak peluang. Meski didominasi laki-laki, tapi ternyata juga bisa ditekuni perempuan. Apalagi sifat perempuan itu tidak gampang menyerah, multitasking, dan ini bisa menjadi modal untuk terjun sebagai game developer. Tentu harus juga dibekali dengan minat dan bekerja keras. Riris sendiri awalnya juga tidak memiliki latar belakang pendidikan IT, tapi akhirnya sudah terbukti bahwa ia bisa. Yang penting disesuaikan saja dengan minat dan kebutuhan. Misalnya, apabila tertarik membuat game bagi anak berkebutuhan khusus, atau menyenangi tanaman asli Indonesia, maka bisa diusahakan untuk membuat game-nya sekaligus mengenalkan dan mengedukasi.

Gambreng Games sendiri kini makin berkembang. Banyak produk game yang direspons sangat positif. Seperti misalnya game Prototype tahun 2013 yang menjadi game terbaik kategori mobile games untuk pemula di Indonesia Game Show 2013. Juga game Laron, yang menjadi juara kedua kategori game di INCREFEST 2014, Blok-Blok sebagai casual mobile game mendapatkan COMPFEST’s WePlay Most Marketable Game 2014, Jampi-Jampi yang masuk Top 50 Local Apps Baidu’s 2014, dan banyak lagi. Saat ini, Riris juga membuat Gundu Production. Jadi nantinya, game yang sifatnya fun dan casual akan diproduksi Gambreng Games, sedangkan game yang memiliki unsur edukasi akan digarap Gundu.


Meski sibuk di industri kreatif, Riris tetap menempatkan keluarga sebagai prioritas. Hari Minggu adalah waktunya family time yang tidak bisa diganggu gugat. Bersama suami ia biasanya ngeriung di rumah saudara atau di rumah orangtua. Mereka jarang berkumpul di Mal. Setiap tahun, ia juga selalu liburan bersama suami. Riris merasa sang suami yang super sabar dan pengertian, adalah orang yang diciptakan dan terlahir untuk melengkapi dirinya. Semua dukungan dan doa dari suaminya yang membuat Riris bisa seperti sekarang ini.

0 komentar:

Posting Komentar