Perempuan
hebat kelahiran 7 Juni 1973 ini menggeluti bisnis yang jarang diminati oleh
kaum hawa. Kini, Yunita Riris Widawaty, yang memilih menekuni bisnis game, menjabat sebagai CEO Gambreng
Games. Selain serius menggeluti bisnis game,
Riris, begitu ia biasa dipanggil, juga menekuni dunia pustaka dan berpengalaman
menjadi kepala pustakawan di berbagai lembaga pendidikan. Prestasinya juga tak
main-main. Istri dari Didiet Haryadi ini menyabet gelar Pustakawan Terbaik
Nasional Tahun 2014. Lulusan S1 jurusan Perpustakaan dan Informasi Universitas
Indonesia ini melanjutkan pendidikan master di UI juga di bidang yang sama.
Riris
bercerita, ketika bekerja di Universitas Multimedia Nuantara, Serpong,
Tangerang Selatan, ia sering bertemu dengan Dodik Sudirman, dosen yang juga
Sekretaris Program Studi IT. Saat itu, Dodik mengungkapkan rencananya membangun
start up bisnis studio game, lalu menawarkan Riris untuk bergabung sebagai CEO. Nama
Gambreng Games yang digagas Riris ternyata punya cerita sendiri. Setiap sore,
ia sering mendengar anak-anak asyik bermain hom
pim pah. Dari situlah ia berpikir, mengapa tidak memakai nama Gambreng
saja, dan tidak perlu mencari nama yang keren dan kebarat-baratan. Apalagi nama
ini juga identik sekali dengan Indonesia dan belum ada game developer yang memiliki nama unik seperti ini. Tahun 2013, Gambreng
Games pun resmi beroperasi, dengan menempati sebuah studio di kawasan Karawaci.
Riris pun bisa
belajar dengan cepat bagaimana tugas seorang produser game, memproduksi sebuah game,
proses apa saja untuk membuat game,
siapa saja tim yang terlibat, dan lainnya. Ia benar-benar memulainya dari nol
atau learning by doing. Sebagai
pustakawan, Riris mengaku beruntung karena ia punya banyak sumber informasi
lewat berbagai referensi, baik buku maupun riset, serta diskusi dengan para game developer dan teman-teman yang
bergabung dalam Asosiasi Game Indonesia. Kebetulan, ia memang tipe orang yang
selalu penasaran dan ingin tahu. Ini menjadi modalnya juga untuk bisa terjun di
dunia ini. Sampai saat ini, ia masih terus belajar dan merasa yakin bisa
berkontribusi lewat game.
Menurut Riris,
teknologi terus berkembang dan sudah menjadi kebutuhan. Jadi, tidak ada
salahnya memikirkan solusi masalah lewat teknologi. Contohnya, saat ia meluncurkan
game bernama La La La. Game ini mengembalikan nostalgia lagu
anak Indonesia dengan menebak judul lagu. Game
ini juga mengajak anak bermain dengan fun.
Responsnya ternyata luar biasa. Bahkan game
ini masuk ke Google Play dalam kategori Cool Parenting dan bisa bersaing dengan
game developer dari berbagai negara
di belahan dunia. Padahal selama ini jarang sekali game developer Indonesia yang bisa masuk dalam kategori ini. Contoh
lain, Riris berhasil meraih penghargaan Pustakawan Terbaik Nasional 2014 karena
berhasil membuat game yang membantu
orang asing untuk belajar bahasa Indonesia. Nama game-nya Brina’sSquash, intinya membentuk kata menjadi kalimat.
Dengan game ini, orang asing bisa
dengan cepat memperkaya perbendaharaan kata dan kalimat dalam bahasa Indonesia.
Belum lagi dengan 4 seri buku yang juga ikut dibuat, yaitu seri kosakata,
menulis, tata bahasa, dan berbicara, yang merupakan hasil kerja sama dan
kesadaran para akademisi yang melihat bahwa referensi buku-buku bahasa
Indonesia justru diproduksi dan didominasi oleh orang luar, bukan orang
Indonesia sendiri.
Riris juga
mengaku banyak sekali tantangan yang harus dihadapi untuk bisa terjun dan
bertahan di bisnis ini. Namun ia meyakini apabila sudah punya passion dan
benar-benar mau belajar serta bekerja keras, tentu akan menuai benihnya. Bagi
Riris, dunia per-game-an, benar-benar
menyenangkan dan penuh tantangan. Industri ini diberi nama industri kreatif
karena memang yang terjun adalah orang-orang yang kreatif. Untuk membuat
inovasi dan kreatifitas bukanlah hal yang mudah. Dan saat ini Riris sudah bisa
membuktikan bahwa melestarikan budaya melalui game pun juga bisa.
Sayangnya,
menurut Riris, dunia kreatif, khususnya game,
di Indonesia belum mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Bisa dibilang ini
masih dianak tirikan dibanding industri kreatif lainnya, seperti batik atau
film. Padahal, di Eropa bisnis ini sangat cemerlang sekali. Semua investor saat
ini sudah beralih ke investasi game.
Untungnya, lanjut Riris, dunia pendidikan kini sudah mulai melirik industri game. Universitas besar seperti ITB, UI,
sudah menyediakan pendidikan ini. Tentu, apabil ada lulusannya, maka harus adapula
industri yang siap untuk menampung. Riris berharap pemerintah benar-benar
bergerak dan mendukung industri game
ini. Industri game memang masih muda
dan menawarkan banyak peluang. Meski didominasi laki-laki, tapi ternyata juga
bisa ditekuni perempuan. Apalagi sifat perempuan itu tidak gampang menyerah, multitasking, dan ini bisa menjadi modal
untuk terjun sebagai game developer.
Tentu harus juga dibekali dengan minat dan bekerja keras. Riris sendiri awalnya
juga tidak memiliki latar belakang pendidikan IT, tapi akhirnya sudah terbukti
bahwa ia bisa. Yang penting disesuaikan saja dengan minat dan kebutuhan.
Misalnya, apabila tertarik membuat game
bagi anak berkebutuhan khusus, atau menyenangi tanaman asli Indonesia, maka
bisa diusahakan untuk membuat game-nya
sekaligus mengenalkan dan mengedukasi.
Gambreng Games
sendiri kini makin berkembang. Banyak produk game yang direspons sangat positif. Seperti misalnya game Prototype tahun 2013 yang menjadi game terbaik kategori mobile games untuk pemula di Indonesia
Game Show 2013. Juga game Laron, yang
menjadi juara kedua kategori game di
INCREFEST 2014, Blok-Blok sebagai casual
mobile game mendapatkan COMPFEST’s WePlay Most Marketable Game 2014, Jampi-Jampi
yang masuk Top 50 Local Apps Baidu’s 2014, dan banyak lagi. Saat ini, Riris
juga membuat Gundu Production. Jadi nantinya, game yang sifatnya fun dan
casual akan diproduksi Gambreng
Games, sedangkan game yang memiliki unsur
edukasi akan digarap Gundu.
Meski sibuk di
industri kreatif, Riris tetap menempatkan keluarga sebagai prioritas. Hari
Minggu adalah waktunya family time
yang tidak bisa diganggu gugat. Bersama suami ia biasanya ngeriung di rumah saudara atau di rumah orangtua. Mereka jarang
berkumpul di Mal. Setiap tahun, ia juga selalu liburan bersama suami. Riris
merasa sang suami yang super sabar dan pengertian, adalah orang yang diciptakan
dan terlahir untuk melengkapi dirinya. Semua dukungan dan doa dari suaminya
yang membuat Riris bisa seperti sekarang ini.
0 komentar:
Posting Komentar