Tahun 2010,
dokter mendiagnosanya terkena kanker payudara stadium 3B. Kini, kanker itu
sudah menyebar ke paru-paru dan getah beningnya. Tapi, perempuan cantik
kelahiran Bukittinggi ini punya prinsip ‘take
it easy’ menghadapi penyakitnya. Katanya, ia tak punya waktu untuk bersedih
dan merenungi nasib. Hari-harinya masih disibukkan dengan pekerjaannya sebagai GM Marketing Communication and Circulation
di sebuah media nasional serta mengurus komunitas Lovepink yang ia dirikan.
Komunitas bagi para pasien kanker payudara itu kini sudah memiliki sekitar 400
anggota.
Shanti
mendirikan Lovepink bermula di tahun 2011. Saat itu ia masih melakukan treatment setelah didiagnosa kanker
payudara stadium 3B. Bulan-bulan pertama ia masih sendiri, tidak punya teman
untuk berbagi. Barulah pada bulan ketiga, seorang teman mengenalkannya pada
Madelina Mutia, yang juga baru didiagnosa kanker payudara. Mereka pun kemudian
saling kontak dan janjian bertemu. Sejak itulah, setiap hari mereka saling
berbagi cerita. Menurut Shanti, treatment
untuk kanker payudara itu memang masanya cukup panjang, bisa berbulan-bulan.
Jadi penderita memang perlu teman untuk berbagi. Dari saling berbagi itulah,
mereka jadi merasa lebih kuat dan bersemangat, tidak takut menghadapi penyakitnya.
Dari awalnya hanya berdua, lambat laun setiap kali ada orang yang baru terdiagnosa kanker payudara, selalu direkomendasikan ke mereka untuk bisa saling berbagi. Dan makin lama jumlahnya pun bertambah banyak. Di tahun 2013 sudah ada 50 orang yang menjadi teman mereka. Karena itulah, Shanti merasa sudah saatnya ia lebih serius untuk membuat wadah khusus bagi perempuan yang hidup dengan kanker payudara, karena memang banyak yang butuh sarana untuk sharing. Bersama seluruh temannya itu ia lalu mengadakan pertemuan di tahun 2013 sekaligus meresmikan nama Lovepink. Pink diambil dari pink ribbon (pita pink), lambang kanker payudara sedunia. Sementara kata ‘Love’ itu berarti karena mereka memang harus bekerja dengan cinta. Kalau tidak ada cinta, tidak mungkin mereka bisa membantu orang lain. Komunitas Lovepink akhirnya resmi didirikan pada bulan Oktober 2013, bertepatan dengan Hari Kanker Payudara, dengan membuat acara fun walk.
Sebagian besar
dari 50 member Lovepink saat itu banyak
yang masih menjalani treatment, bahkan
ada yang masih memakai kursi roda. Namun, yang menjadi kejutan, saat menggelar
acara fun walk itu peserta yang
bergabung bisa mencapai 700 orang. Ternyata, satu orang member turut pula membawa serta sahabat, keluarga, dan orang yang
men-support mereka. Mereka masing-masing
bisa mengajak 15-20 orang. Ini artinya pasien kanker payudara memang sangat
membutuhkan support dari orang-orang
di sekitarnya. Pasalnya, ketika seseorang sudah terdiagnisa kanker payudara,
itu bukan masalahnya sendiri saja, tetapi juga menjadi masalah keluarga,
sahabat, dan lingkungan terdekatnya.
Pilar Lovepink
adalah mendampingi dan menguatkan mental pasien serta mengkampanyekan SADARI.
Mereka memiliki web www.lovepinkindonesia.org.
Juga membuat grup Whatsapp, yang setiap pagi ramai saling menyapa. Di grup
tersebut juga ada dokter yang akan menjawab pertanyaan dari sisi medis, juga
ahli nutrisi. Lovepink juga rutin mengadakan member gathering setiap bulan. Di sana biasanya diadakan talk show tentang banyak hal. Misalnya
tentang healthy food atau sexual life setelah terkena kanker. Bisa
dimaklumi, karena proses kemoterapi yang harus dijalani pasien kanker memang
dapat mematikan sel-sel kewanitaan, sehingga tentu saja dapat mengganggu
hubungan dengan pasangan. Tapi, tak hanya pada pasangan saja, sebenarnya bagi
pasien sendiri pun ini juga jadi masalah khusus. Karena sudah sakit, mereka
juga harus merasa bersalah karena tidak bisa melayani pasangan. Pada talk show itu mereka akan menghadirkan
psikolog, dokter onkologi, bahkan turut memanggil pula para suami si pasien,
agar bisa diketahui langsung bagaimana cara berbicara dengan suami terkait
masalah ini. Selain talk show, Lovepink
juga kerap mengadakan yoga atau olahraga bersama, dan berbagai acara lainnya.
Sementara untuk acara besar, digelar setiap bulan Oktober bertepatan dengan
Bulan Peduli Kanker Payudara. Di tahun 2015 mereka mengadakan Jakarta Goes Pink
dengan peserta yang datang mencapai 9 ribu orang, jauh melebihi target mereka
yang hanya 5 ribu orang seperti tahun sebelumnya. Ada juga beauty class, yang mengajak mereka untuk tetap berdandan agar membuat
lebih percaya diri.
Tahun 2014, member Lovepink sudah mencapai 200-an,
dan di tahun berikutnya makin meningkat menjadi sekitar 400-an. Di satu sisi
Shanti senang karena dari komunitas yang ia dirikan itu banyak yang bisa
terbantu. Tapi di sisi lain ada rasa tidak senang juga karena berarti jumlah
penderita kanker payudara semakin banyak. Berdasarkan data dari WHO, satu dari
8 perempuan memang terdiagnosa kanker payudara. Bahkan di Indonesia, jumlahnya
bisa 1 dari 10, dan terus naik. Menurut Shanti, member Lovepink juga ada di beberapa daerah, namun saat ini yang
cukup aktif baru di Yogyakarta saja. Ia menyadari, karena orang-orang yang ada
di daerah memang belum seterbuka orang di Jakarta, bahkan masih ada yang
menganggap bahwa penyakit ini sebagai kutukan.
Kini dari 400 member Lovepink, 70 persennya masih
menjalani treatment. Shanti menambahkan,
selain membuat member gathering,
Lovepink juga melakukan visitation
atau kunjungan ke pasien kanker payudara lain. Mereka tak hanya membantu para
member saja, tapi juga yang bukan member.
Misalnya saja bila ada kenalan member
yang sedang dirawat di ICU, mereka akan turut mendatangi. Kunjungan itu dibagi
per wilayah, dan member terdekatlah
yang akan dikirim. Ini agar si pasien tetap bersemangat dan tidak menyerah.
Lovepink juga memberikan edukasi ke kantor-kantor, yang biasanya dilakukan di
jam makan siang. Waktunya tak lama, cukup satu jam saja. Biasanya mereka
sekaligus mengkampanyekan SADARI, yang merupakan cara paling gampang mendeteksi
kanker payudara. Menurut Shanti SADARI sangat penting dilakukan, karena 80%
pasien kanker payudara baru datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut.
Ini karena early detection campaign-nya
yang tidak berjalan baik. Berbeda dengan Singapura yang 80% pasien datang pada stadium
dini karena kampanyenya sudah berjalan baik. Bahkan tahun 2020, Singapura berani
memprediksi jumlahnya 0%. Karena semakin dini diketahui, pengobatan kanker
payudara lebih simpel, biaya lebih murah, dan kesempatan hidup juga lebih
besar.
Walau mengidap
kanker payudara, sehari-harinya Shanti tetap terlihat selalu bersemangat dan
tampil percaya diri. Itu memang harus ia lakukan karena sadar ada 400 orang member Lovepink yang selalu menunggu
kehadirannya. Jadi ia tidak boleh kelihatan lemah di hadapan mereka. Apa pun prosesnya
akan ia hadapi, termasuk saat harus menjalani kemoterapi berkali-kali. Shanti
bercerita, saat terdiagnosa kanker payudara di tahun 2010, ia langsung berobat
ke Singapura. Dan menginjak tahun ke lima, ketika mulai ada penyebaran kanker
ke getah bening dan paru-paru, ia pun harus menjalani pengobatan lagi, kali ini
ke Guangzhou, Tiongkok. Saat pertama kali didiagnosa kanker payudara, ia memang
tidak punya waktu untuk down atau
bersedih. Begitu diketahui kankernya sudah masuk stadium 3B, ia segera bertanya
ke dokter, apa yang harus ia lakukan dan segera treatment. Ia pun mendatangi 6 dokter sekaligus. Karena tahu
pengobatannya akan panjang, maka ia memang harus punya banyak dokter, jadi bila
ada satu dokter yang berhalangan, segera ada penggantinya.
Shanti merasa,
apa yang ia jalani saat ini memang sudah diatur oleh Tuhan, hingga ia bisa
diberi kekuatan dan akhirnya bisa mendirikan Lovepink. Ia berpendapat, sebagai
manusia ia akan menerima apa pun yang ditakdirkan Tuhan padanya, namun Tuhan
juga harus kasih tahu jalannya supaya ia bisa sembuh. Prinsipnya, selama ia
masih bisa bangun, ia tidak akan memperlihatkan kalau dirinya sakit. Semangat
itulah yang akan ia tebarkan ke manapun, terlebih di dalam komunitas Lovepink.
Shanti menjelaskan, sebetulnya yang paling ditakuti pasien kanker payudara itu
bukan kemoterapinya, tapi proses sesudahnya. Karena sesudah kemoterapi, rambut
pasien itu pasti akan rontok, walaupun sebetulnya rambut itu juga bisa tumbuh
lagi. Maka, Shanti pun tak ragu saat harus membotaki kepalanya. Dari sini ia
ingin memperlihatkan, bahwa meskipun botak, tapi masih tetap bisa terlihat
cantik. Karena asal kecantikan itu yang penting dari dalam jiwa. Namun di luar
itu, harus tetap berdandan dan tetap percaya diri.
Shanti pun
menegaskan bahwa proses kemoterapi itu sebetulnya juga tidak sakit, karena
hanyalah infus. Tapi efeknya memang yang tidak enak. Badan jadi terasa lemas,
tenggorokan panas, kepala pusing, mual, dan sariawan. Jadi soal kepala yang
jadi botak, bukanlah aspek penting yang harus dipikirkan. Toh, masalah itu bisa
diakali dengan memakai wig atau kerudung. Shanti mencontohkan, waktu awal-awal kemoterapi ia memiliki 30
koleksi wig. Setiap hari ia selalu berganti wig. Selesai kemoterapi, ia akan
berdandan habis-habisan. Misalnya memakai wig yang berwarna terang, serasi
dengan warna cat kukunya. Juga memakai bulu mata yang panjang. Berdandan
seperti itu, ia hanya berusaha menciptakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri.
Karena memang bukan orang luar yang membuatnya happy, tapi dirinya sendiri. Walau efek sehabis kemoterapi masih
terasa, ia pun tetap semangat berangkat kerja. Di kantor ia bisa melupakan
penyakitnyta. Bila di kantor menemukan suasana yang tidak happy, ia akan kembali ke rumah. Shanti yakin, umur manusia itu di
tangan Tuhan. Semua orang pada dasarnya juga akan mati dan tidak ada yang tahu
kapan waktunya. Bisa jadi karena kanker, kecelakaan, atau sebab lain. Jadi ia
sama sekali tidak takut mati. Akhirnya, setelah melihat dirinya yang selalu
bersemangat, teman-teman di Lovepink pun jadi ikut semangat. Saat rambut mulai
rontok, mereka tak canggung untuk berfoto selfie
dengan ekspresi senang, lalu diunggah ke media sosial. Mereka sadar, meski
rambut tinggal setengah, namun kalau tetap dandan, mereka pun masih tetap bisa
kelihatan cantik, lucu, dan seksi. Sayangnya, memang tidak semua menyadarinya.
Selain
kemoterapi, tahap lain yang juga cukup berat bagi perempan pasien kanker
payudara adalah mastektomi atau pengangkatan payudara. Apalagi kalau
pasangannya tidak mau menerima, pasti mereka akan kehilangan kepercayaan diri.
Padahal sekarang semua itu bisa diatasi denga alat khusus. Jadi tidak ada yang
tahu kalau sebelah payudaranya sudah diangkat. Shanti pun sudah menjalani
operasi mastektomi di tahun 2010. Saat itu payudara sebelah kanannya harus
diangkat. Yang ia lakukan, hanya berkata pada diri sendiri, bahwa semua yang
ada di tubuhnya adalah kepunyaan Tuhan, ia hanya dipinjami saja. Jadi kalau
Tuhan ingin mengambilnya lagi, maka ia pun harus rela mengembalikannya. Itulah
prinsipnya, segala sesuatu harus tetap disyukuri, selagi ia masih bisa
bernapas. Bagi Shanti, orang yang menderita sakit sepertinya, tapi tidak mau
berobat dan terus-terusan down,
mereka juga bisa dibilang egois. Karena sejatinya, mereka masih punya anak,
suami, orangtua, dan keluarga yang juga harus diperhatikan. Jadi, sangat tidak
adil kalau hanya diri sendiri saja yang ingin diperhatikan. Apalagi kalau memiliki
anak yang masih kecil dan masih butuh perhatian. Kalau kita sedih, sudah pasti
keluarga pun akan tambah sedih. Karena itulah, Shanti tidak pernah memperlihatkan
sakitnya dihadapan orang lain, apalagi orangtua dan keluarganya. Ia tidak ingin
mengganggu pikiran mereka.
Shanti pun
beryukur, anaknya Calluella Trista Sinsieri, atau yang biasa disapa Gendis,
tidak pernah merasa khawatir dengan penyakit yang diderita ibunya. Bila ada
temannya yang bertanya tentang kondisi sang ibu, anak gadisnya itu akan mantap
menjawab, bahwa ibunya baik-baik saja, dan masih terus bergaul. Tidak ada
bedanya sebelum dan sesudah didiagnosa. Shanti tentu saja senang, karena
berarti ia tidak mengganggu kehidupan si anak.
Saat menggelar
acara Jakarta Goes Pink di tahun 2015 lalu, Shanti juga sekaligus me-launching aplikasi SADARI. Yakni
aplikasi untuk mengingatkan setiap perempuan untuk mengecek payudara sendiri
setiap bulan. Waktu terbaik mengecek adalah hari ke-7 sampai hari ke-10 masa
menstruasi. Dan cara mengeceknya ada di aplikasi tersebut. Nama aplikasinya adalah
lovepinkbreastties, yang bisa diunduh di Android dan versi iOS. Shanti berharap,
ke depannya semua orang di dunia, khususnya perempuan, bisa memakai aplikasi
tersebut. Meski saat ini baru ada versi bahasa Indonesia, namun ia akan segera
menghadirkan versi bahasa Inggrisnya juga. Saat ini Lovepink juga sudah
mendapatkan donasi dari seorang donatur yang sangat baik memberikan mobil USG.
Mobil itu akan dipakai untuk kegiatan jemput bola, misalnya untuk memberikan
edukasi dan visit pasien. Tim
Lovepink akan mendatangi ke manapun tempat yang membutuhkan edukasi mengenai
masalah kanker payudara secara gratis. Selain mobil USG, mereka juga
mendapatkan donasi sebuah tempat untuk dijadikan kantor Lovepink Care.
0 komentar:
Posting Komentar