ANAZKIA, Mantan TKW Yang Peduli Pada Sesama

Keterbatasan tak menghalangi Eli Yuliana mempelajari teknologi. Berbekal kekhawatiran saat akan menjadi TKW di negeri jiran, ia pun mulai mengenal internet dan aktif menulis di blog. Namun siapa sangka, bertahun setelahnya, ia mampu menjadkan hobi barunya ini sebagai ladang untuk menularkan kepedulian pada sesama.

Anazkia, begitulah ia memperkenalkan dirinya di blog. Biasa di sapa Anaz. Perempuan kelahiran Pemalang, 13 Agustus 1982 ini mengaku dirinya termasuk orang yang tak betah diam. Saat ini, ia bekerja paruh waktu mengasuh anak temannya, selain menjadi relawan di sejumlah komunitas. Kegiatan Anaz memang tak jauh-jauh dari urusan berbagi. Itu semua berawal di tahun 2006 saat ia akan berangkat ke Malaysia sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita). Anaz merasa perlu mencari pekerjaan yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Berusaha mandiri, ia pun melamar menjadi TKW melalui teman calon majikannya.

Tentu saja keinginannya ini mendapat tentangan dari keluarga. Berulang kali membujuk, akhirnya sang bunda mengizinkan Anaz merantau. Saat itu Anaz mengaku, ia modal nekat menjadi TKW karena sebenarnya ada rasa takut akan tinggal di tempat asing. Malah, sebelum berangkat ia sampai bilang ke ibunya, andai dirinya nanti pulang hanya tinggal nama, mohon diikhlaskan. Lantaran khawatir pula, sebelum berangkat ke Malaysia, ia meminta kepada salah seorang temannya untuk mengajari cara menggunakan e-mail. Karena saat itu, stigma negatif tentang Malaysia membuatnya harus mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk bisa menggunakan internet. Maka apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ia bisa langsung memberi kabar ke temannya yang seorang wartawan.

Beruntung, kekhawatiran Anaz tidak terbukti. Ia bertemu majikan yang sangat baik, keluarga keturunan Melayu. Bulan-bulan pertama, ia sering melihat anak bungsu majikannya sedang online chatting memakai Yahoo Messenger (YM), mengobrol dengan teman-temannya dari seluruh penjuru dunia. Suatu hari Anaz mencoba mengakrabkan diri pada anak majikannya itu agar bisa diberi izin untuk meminjam komputernya ketika ia ingin membuka e-mail. Sayangnya, lantaran sudah lama tak ditengok, akun e-mail Anaz pun kadaluarsa. Tahu hal itu, si anak majikan menolong Anaz membuatkan akun e-mail baru. Saat ditanya nama apa yang ingin dicantumkan, berkali-kali nama yang diinginkannya ternyata sudah dipakai orang. Sampai akhirnya ia nyeletuk nama Anazkia, yang akhirnya menjadi ID akun e-mailnya yang baru.

Tak hanya itu, Anaz pun diperkenalkan cara chatting di YM. Kemudian ia mulai memahami penggunaan milis (mailing list). Meski terkesan sederhana, Anaz begitu antusias ketika tahu ia bisa berkenalan dengan mereka yang ada di benua lain. Dari chatting itulah, ia punya teman baru, Arwani, yang sedang kuliah di Mesir dan akhirnya mereka pun sangat akrab. Dari milis itu pula, Anaz kemudian mengenal blog. Ceritanya, Anaz yang rajin meng-update isi percakapan di milis bertemu dengan orang yang kerap men-share tulisan dari blog-nya. Tertarik membaca, Anaz pun berniat pula memiliki blog. Tapi saat itu ia sama sekali tak tahu bagaimana cara membuatnya. Akhirnya, ia mengirim SMS ke Arwani untuk diajari. Semua proses itu melalui tutorial di dunia maya.

Tapi karena belajarnya secara online dan tidak bisa bertemu langsung, sempat menbuat Anaz putus asa dan menangis. Bagaimana tidak, misalnya saat Arwani menyuruhnya klik ‘log in’, ia malah membuka laman. Tapi akhirnya, Anaz pun berhasil membuat blog pribadinya. Blog pertama yang ia buat di bulan Agustus 2007 itu pun mulai bercabang. Anaz juga aktif dalam akun Multiply, Wordpress, Kompasiana dan Blogdetik. Untunglah, sepanjang ia aktif nge-blog, majikannya seperti memahami keinginan Anaz. Di sana, ia diberi kebebasan keluar rumah setelah setahun bekerja. Sebelumnya, ia tidak pernah kemana-mana kecuali dengan majikan.

Minat Anaz pada penulisan di blog memang besar. Gaji yang ia peroleh pun dibelikan laptop. Niatnya, Anaz ingin agar para TKW seperti dirinya juga melek teknologi dan bisa menggunakan internet sebagai sarana positif selama bekerja di negeri orang. Begitu sudah memiliki laptop, ia pun rajin membawanya saat berkunjung ke tempat teman-temannya sesama TKW, baik yang kerja di kilang (pabrik) maupun yang kerja rumah tangga. Dengan meminjam modem anak majikannya, Anaz mencoba memperkenalkan mereka dengan blog. Bakan ada beberapa teman TKW yang ia buatkan blog juga. Tapi sayang, tidak semua yang diajari membuat blog itu kemudian rajin menulis, hingga menguap begitu saja.

Anaz yang sedari kecil senang membaca pun sebenarnya memang sudah lama tertarik menulis. Itu sebabnya, saat di Malaysia ia semangat belajar menulis. Ia benar-benar bersyukur ketika majikannya mau menyekolahkannya di Madrasah Aliyah. Jadi, selain bekerja sebagai ART, ia sekaligus sekolah juga di sana. Juni 2012 bekerja sama dengan Internet Sehat dan KBRI, Anaz kemudian dipercaya menggagas workshop blogging untuk teman-teman TKW asal Indonesia di Malaysia. Yang datang lumayan banyak, ada 40 orang lebih. Tapi kembali ke seleksi alam, yang bertahan dan betah menulis di blog tidak banyak.

Ibarat pepatah hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Betapa pun senangnya di negeri orang, pada akhirnya Anaz memutuskan kembali ke Indonesia. Ia lalu mengubah tagline dalam blog-nya menjadi “hanya tulisan yang bisa saya tinggalkan”. Anaz menganggap dirinya tak kaya materi, jadi kalau ia mati hanya bisa meninggalkan tulisan-tulisan saja di dunia maya. Toh, Anaz merasakan banyak manfaat dari hobinya itu. Terutama, ia jadi punya banyak teman. Teman yang ia kenal melalui blog berasal dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia, termasuk juga ada yang dari mancanegara.

Ia juga sempat mengikuti beberapa lomba menulis blog dan menjadi pemenang. Selain itu ia juga sempat terpilih mengikuti video dokumenter Diaspora Indonesia mewakili tenaga kerja saat masih berada di Malaysia. Dan terakhir mendapat penghargaan Acer Srikandi Blogger Favorit 2013. Berkat keaktifannya sebagai mantan TKW yang doyan nge-blog, Anaz pun sering pula diundang ke berbagai tempat untuk berbagi kisah. Antara lain, ia pernah diundang Kementerian Pariwisata Trengganu selama 1 minggu, diudang Jom Jelajah Koperasi Kelantan, diundang acara Sepetang Bersama Blogger di Malaysia, hingga diundang Samsung menghadiri Peresmian Rumah Belajar Samsung di Makkareso-Makassar.

Anaz juga aktif terlibat di komunitas Blogger Hibah Sejuta Buku. Ini merupakan gerakan sosial dunia maya, yang mengajak teman-teman blogger menyumbangkan bukunya bagi adik-adik di pedalaman yang membutuhkan. Komunitas ini terbentuk di Pekanbaru akhir 2009. Mulanya peran Anaz hanya sebagai donatur. Saat itu ia menyempatkan diri datang meski masih kerja di Malaysia, untuk mengantar buku sekaligus bertemu teman-teman blogger. Kegiatan ini memang koordinasi dilakukan sepenuhnya secara online. Biasanya, para blogger yang ada di komunitas ini akan menentukan tempat terlebih dahulu, baru kemudian membuat tulisan di blog untuk mengajak teman-teman blogger dan netter terlibat menyumbangkan buku ke lokasi yang dituju.

Fokus Anaz adalah tempat-tempat terpencil di pulau Jawa. Meski sempat terkendala masalah biaya, ia bersyukur beberapa tempat sudah berhasil dikirimi buku, hingga Papua, Aceh, dan Kalimantan. Tahun 2012 ketika pulang ke Indonesia, Anaz juga datang langsung untuk memberikan buku-buku tersebut. Anaz dan beberapa temannya juga menggagas Arisan Buku Blogger, di mana uang yang terkumpul setiap bulannya akan dibelikan buku kemudian dikirim ke wilayah di sekitar pulau Jawa.

Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan alm. Tarwito dan Solasih ini mengaku, aksi yang ia lakukan selalu mendapat dukungan dari orangtuanya. Anaz menganggap segala pencapaiannya saat ini tak lepas dari hobinya menulis. Menurut Anaz menulis itu bukan sejauh mana kita belajar, tapi sebanyak mana kita mau melakukannya. Di sisi lain kaya itu bukan berarti ketika kita banyak harta, tapi ketika sebanyak mana kita bisa berguna untuk sesama. Anaz berharap ke depannya dapat semakin banyak mengumpulkan dan mengirim buku ke pelosok daerah terpencil di Indonesia. Meski tak lagi menjadi TKW, Anaz juga mengaku tak melupakan sang majikan di Malaysia yang telah memberinya banyak kesempatan. Hingga kini ia masih berkomunikasi dengan mantan majikannya itu.