Lewat ketekunan dan semangat pengabdian, Tatiek Kancaniati berhasil mengubah wajah desanya. Desa yang mulanya biasa saja kini memiliki magnet yang menarik banyak wisatawan. Sekian tahun silam, kondisi sepintas Desa Tegalwaru, Ciampea, Kabupaten Bogor, memang tak beda dengan desa-desa lainnya. Walaupun di sana, sudah ada 10 UKM, tapi produknya biasa saja dan tidak ada sesuatu yang unik. Namun, berkat usaha keras Tatiek, Desa Tegalwaru kini berubah menjadi desa wisata, yang olehnya disebut Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.
Kini banyak tamu yang
berkunjung ke desanya. Pemasaran produk pun semakin meluas ke beberapa daerah,
bahkan sampai ke luar negeri. Di Tegalwaru sudah ada lebih dari 15 produk yang
diproduksi para pelaku UKM. Kalau dulunya, pelaku UKM bergerak sendiri-sendiri,
sekarang pemasaran bisa dilihat di web
dan media sosial lainnya. Ditambah lagi, berbagai media juga sering menayangkan
produk desa Tegalwaru. Dalam sebulan, Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru bisa
dikunjungi ribuan orang, bahkan wisatawan juga ada yang datang dari luar Jawa.
Banyak pula yang datang berombongan mulai dari anak-anak sampai karyawan
perusahaan.
Di Kampoeng Wisata Bisnis
Tegalwaru, para wisatawan dapat belajar dan melihat langsung proses produksi
dari sebuah usaha berbasis home industry.
Misalnya saja melihat proses pembuatan kerupuk. Wisatawan pun juga bisa berkesempatan
ikut membuat kerupuk. Selain itu, masih banyak lagi yang bisa disaksikan
pengunjung di desa yang memiliki 6 RW dan 38 RT ini. Antara lain melihat proses
usaha budidaya jamur tiram, tanaman obat, membuat tas, usaha kerajinan daur
ulang kertas, budidaya ikan patin, nata
de coco, dan lain-lain. Di tempat Tanaman Obat, pengunjung pun akan diajak
jalan-jalan melihat berbagai tanaman obat. Mereka juga mendapatkan penjelasan
khasiat dari masing-masing tanaman itu. Selain itu Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru
juga menyelenggarakan berbagai pelatihan usaha. Di sini pengunjung pun juga bisa
menginap di vila joglo.
Tak hanya wisata bisnis, di
Tegalwaru juga menyajikan outbond dengan
berbagai sarana permainan tradisional yang kini sudah langka. Misalnya saja
galah asin, gobak sodor, engrang, petak umpet. Bahkan kalau memang ada yang
mau, anak-anak wisatawan juga bisa mandi di sungai yang airnya masih jernih,
memancing ikan, dan makan ikan bakar. Lalu, pengunjung juga bisa menyaksikan
kesenian Sunda, yaitu musik kecapi dan pertunjukan wayang golek. Status sebagai
kampung wisata pun membuat usaha pelaku UKM meningkat. Dalam satu bulan,
perputaran uang bisa mencapai miliaran rupiah. Ekonomi masyarakat pun semakin menggeliat.
Tentu langkah yang dilakukan Tatiek
tak semudah membalik telapak tangan. Butuh ketekunan, kerja keras, dan semangat
pengabdian. Sebenarnya, tujuan awalnya hanyalah ingin memberikan inspirasi ke
masyarakat tentang bisnis-bisnis yang berbasis home industry. Selama ini banyak pelatihan bisnis yang hanya
memberikan training berbentuk teori. Di sini Tatiek tidak hanya membekali
teori, tapi juga ingin menunjukkan langkah konkret. Lewat Yayasan Kuntum (Kreativitas
Usaha Unit Muslimah) yang didirikannya tahun 2006, ia merancang sebuah program
yang bisa menginspirasi, sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat akan entrepreneur. Ia juga berupaya
mendongkrak pemasaran produk UKM Tegalwaru. Syukur, usahanya ini berhasil
meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapinya. Antara lain tentang
pengembangan produk.
Langkah-langkah yang dilakukan
Tatiek antara lain melakukan pemetaan sosial dan ekonomi beserta masalahnya. Ia
bekerja sama dengan kelurahan dan kecamatan untuk menggali data-data tersebut.
Selanjutnya, ia sempat mendirikan Koperasi Kampoeng Mandiri. Tapi sayangnya
tidak berjalan sesuai target. Tatiek pun menyayangkan dirinya yang tidak
belajar dari sejarah. Ternyata, di Tegalwaru pernah ada koperasi yang tidak
amanah sehingga masyarakat sudah merasa tabu dengan keberadaannya.
Namun kegagalan tak
menyurutkan langkah wanita kelahiran 1 Oktober 1974 ini. Ia terus
bersilaturahmi dan melakukan pendampingan kepada masyarakat, baik dalam bentuk
modal usaha, manajemen, dan pemasaran produk. Tahun 2010, Tatiek pun mulai
menggagas Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru. Untuk bergabung ke sini, Tatiek
memberikan pelaku UKM MOU kerjasama pelatihan dan sharing training. Ia pun bekerja sama dengan semua masyarakat untuk
mendukung sarana training, misalnya
saja penggunaan pendopo dan lapangan.
Berkat pendekatan yang bagus,
mulai dari warga sampai aparat desa dan kecamatan, juga instansi terkait,
langkah Tatiek pun mendapat dukungan positif. Sebelumnya, rata-rata para pelaku
UKM kesulitan di bagian pemasaran. Nah, dengan adanya konsep Kampoeng Wisata
Bisnis Tegalwaru ini jadi ada solusinya. Tentu Tatiek juga mesti membangun UKM
yang kokoh di desanya. Ia membentuk kelompok usaha per jenis produk. Dulu, ia
memberikan pendampingan dan modal usaha untuk pengrajin anyaman besek. Ada 4
kelompok yang masing-masing terdiri dari 20 orang. Lalu, ia juga membina
pedagang warung kecil dan memberikan pelatihan usaha. Dan saat ini, mereka yang
sebagian besar ibu-ibu sudah membuat usaha kerajinan tangan tas. Mereka juga
membuat kelompok pengrajin tas dan mendirikan koperasi tas. Sekarang warga di
desanya memang sudah tidak tabu lagi dengan koperasi.
Selain itu, Tatiek semula
memprioritaskan usaha yang dalam analisanya punya pasar yang bagus. Dari hasil
pemetaannya, produk seperti tas, herbal, handycraft,
dan beberapa produk lain punya pasar yang bagus. Kelompok-kelompok usaha ini pada
dasarnya sudah terbentuk. Yang dibutuhkan tinggal pendampingan dan bantuan
modal usaha. Tatiek pun selalu mengoptimalkan pertemuan bulanan untuk
supervisi.
Agar Kampoeng Wisata Bisnis
Tegalwaru dikenal luas, Tatiek gencar melakukan upaya promosi. Baik lewat blog,
Facebok, maupun menulis di berbagai media. Karena Kampoeng Wisata Bisnis
Tegalwaru memang menjanjikan potensi besar sebagai destinasi wisata nan unik,
banyak media yang kemudian meliput. Nama Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru pun
makin dikenal kalangan luas. Tatiek juga tak keberatan memenuhi undangan untuk
mengisi seminar. Ia antara lain pernah diundang beberapa BUMN, universitas,
sampai pembinaan TKW di Hongkong.
Upaya yang dilakukan Tatiek
membuahkan hasil. Pelan tapi pasti wisatawan tertarik mengunjungi Kampoeng
Wisata Bisnis Tegalwaru. Ada yang sekedar refreshing,
belajar, sampai studi banding. Yang membesarkan hati Tatiek, dari hasil
penelitian seorang mahasiswa untuk skripsinya, pengunjung puas setelah
mengunjungi Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru. Banyak juga yang mengaku
terinspirasi. Namun, Tatiek sadar, dari sisi infrastruktur masih banyak yang
perlu dibenahi.
Tatiek lebih berlega hati
ketika melihat upayanya untuk menaikkan perekonomian warga sudah mulai berbuah.
Produk yang dihasilkan masyarakat sudah makin dikenal. Omzet pun meningkat.
Kini warga sudah bisa mandiri dengan mendirikan sekolah untuk anak yatim piatu
di Desa Tegalwaru. Di sekolah itu mereka mendapatkan skill bisnis dan modal usaha gratis. Namun meski begitu, Tatiek tak
boleh cepat berpuas. Masih banyak pekerjaan rumah tentang kualitas produk dan
pemenuhan bahan baku. Tatiek pun juga berusaha untuk bisa bekerja sama dengan
beberapa pihak untuk mengembangkan Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.
Untuk langkah ke depan, Tatiek
ingin bisa mengadopsi program ini untuk diterapkan di desa-desa lain di seluruh
Tanah Air. Ia ingin membuat sekolah paket C untuk para warga yang belum
menyelesaikan sekolah. Ia juga ingin mengembangkan STIEM Bisnis Indonesia di
Tegalwaru. Kampus ini sekarang sudah berdiri, tinggal mencari mahasiswanya.
Perempuan berlatar pendidikan D3 Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Akta 4 IKIP
Jakarta, dan Social Entreprenuer Leader
ini, merasa beruntung langkahnya didukung penuh suami tercinta, Herman
Budianto. Bagi Tatiek, peranan suaminya sangat besar. Sang suami seperti
sutradara di balik kinerja yang ia lakukan. Mereka sama-sama aktif bekerja di
LSM. Jadi, memiliki visi yang sama dalam membangun pemberdayaan masyarakat.
Mereka berbagi peran, Tatiek fokus pada pemberdayaan ekonomi, sementara
suaminya fokus untuk pembinaan motivasi dan spiritual.
Ibu tiga anak ini pun mendidik
anak-anaknya mandiri sejak kecil. Antara lain mengajari berbisnis sejak kecil.
Ia memberi kepercayaan pada anak-anaknya untuk berjualan es nata de coco di sekolahnya. Dengan begitu
mereka telah belajar mendapatkan uang dari hasil keringat sendiri. Saat ini
anaknya yang paling besar, Fatih, sudah terlihat mengelola bisnis program IT.
Sedangkan anaknya yang nomor dua, Azzam, sangat hobi bermain bola. Lalu si
bungsu, Khansa, berbakat jadi fotografer dan membuat aneka handycraft, serta tidak malu berjualan di sekolahnya. Lewat
Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Tatiek pun merasa bahagia, hidupnya menjadi
berkah bagi sesamanya. Mangga, wilujeng sumping di Kampoeng Wisata
Bisnis Tegalwaru.
____________________________
advetorial :
MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR
BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN
SEKITARNYA KLIK DI SINI
BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau KLIK DI SINI
BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau KLIK DI SINI
0 komentar:
Posting Komentar