Rabu, 11 Juni 2014




Lewat ketekunan dan semangat pengabdian, Tatiek Kancaniati berhasil mengubah wajah desanya. Desa yang mulanya biasa saja kini memiliki magnet yang menarik banyak wisatawan. Sekian tahun silam, kondisi sepintas Desa Tegalwaru, Ciampea, Kabupaten Bogor, memang tak beda dengan desa-desa lainnya. Walaupun di sana, sudah ada 10 UKM, tapi produknya biasa saja dan tidak ada sesuatu yang unik. Namun, berkat usaha keras Tatiek, Desa Tegalwaru kini berubah menjadi desa wisata, yang olehnya disebut Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.

Kini banyak tamu yang berkunjung ke desanya. Pemasaran produk pun semakin meluas ke beberapa daerah, bahkan sampai ke luar negeri. Di Tegalwaru sudah ada lebih dari 15 produk yang diproduksi para pelaku UKM. Kalau dulunya, pelaku UKM bergerak sendiri-sendiri, sekarang pemasaran bisa dilihat di web dan media sosial lainnya. Ditambah lagi, berbagai media juga sering menayangkan produk desa Tegalwaru. Dalam sebulan, Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru bisa dikunjungi ribuan orang, bahkan wisatawan juga ada yang datang dari luar Jawa. Banyak pula yang datang berombongan mulai dari anak-anak sampai karyawan perusahaan.
 




Di Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, para wisatawan dapat belajar dan melihat langsung proses produksi dari sebuah usaha berbasis home industry. Misalnya saja melihat proses pembuatan kerupuk. Wisatawan pun juga bisa berkesempatan ikut membuat kerupuk. Selain itu, masih banyak lagi yang bisa disaksikan pengunjung di desa yang memiliki 6 RW dan 38 RT ini. Antara lain melihat proses usaha budidaya jamur tiram, tanaman obat, membuat tas, usaha kerajinan daur ulang kertas, budidaya ikan patin, nata de coco, dan lain-lain. Di tempat Tanaman Obat, pengunjung pun akan diajak jalan-jalan melihat berbagai tanaman obat. Mereka juga mendapatkan penjelasan khasiat dari masing-masing tanaman itu. Selain itu Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru juga menyelenggarakan berbagai pelatihan usaha. Di sini pengunjung pun juga bisa menginap di vila joglo.

Tak hanya wisata bisnis, di Tegalwaru juga menyajikan outbond dengan berbagai sarana permainan tradisional yang kini sudah langka. Misalnya saja galah asin, gobak sodor, engrang, petak umpet. Bahkan kalau memang ada yang mau, anak-anak wisatawan juga bisa mandi di sungai yang airnya masih jernih, memancing ikan, dan makan ikan bakar. Lalu, pengunjung juga bisa menyaksikan kesenian Sunda, yaitu musik kecapi dan pertunjukan wayang golek. Status sebagai kampung wisata pun membuat usaha pelaku UKM meningkat. Dalam satu bulan, perputaran uang bisa mencapai miliaran rupiah. Ekonomi masyarakat pun semakin menggeliat.
 




Tentu langkah yang dilakukan Tatiek tak semudah membalik telapak tangan. Butuh ketekunan, kerja keras, dan semangat pengabdian. Sebenarnya, tujuan awalnya hanyalah ingin memberikan inspirasi ke masyarakat tentang bisnis-bisnis yang berbasis home industry. Selama ini banyak pelatihan bisnis yang hanya memberikan training berbentuk teori. Di sini Tatiek tidak hanya membekali teori, tapi juga ingin menunjukkan langkah konkret. Lewat Yayasan Kuntum (Kreativitas Usaha Unit Muslimah) yang didirikannya tahun 2006, ia merancang sebuah program yang bisa menginspirasi, sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat akan entrepreneur. Ia juga berupaya mendongkrak pemasaran produk UKM Tegalwaru. Syukur, usahanya ini berhasil meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapinya. Antara lain tentang pengembangan produk.

Langkah-langkah yang dilakukan Tatiek antara lain melakukan pemetaan sosial dan ekonomi beserta masalahnya. Ia bekerja sama dengan kelurahan dan kecamatan untuk menggali data-data tersebut. Selanjutnya, ia sempat mendirikan Koperasi Kampoeng Mandiri. Tapi sayangnya tidak berjalan sesuai target. Tatiek pun menyayangkan dirinya yang tidak belajar dari sejarah. Ternyata, di Tegalwaru pernah ada koperasi yang tidak amanah sehingga masyarakat sudah merasa tabu dengan keberadaannya.

Namun kegagalan tak menyurutkan langkah wanita kelahiran 1 Oktober 1974 ini. Ia terus bersilaturahmi dan melakukan pendampingan kepada masyarakat, baik dalam bentuk modal usaha, manajemen, dan pemasaran produk. Tahun 2010, Tatiek pun mulai menggagas Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru. Untuk bergabung ke sini, Tatiek memberikan pelaku UKM MOU kerjasama pelatihan dan sharing training. Ia pun bekerja sama dengan semua masyarakat untuk mendukung sarana training, misalnya saja penggunaan pendopo dan lapangan.
 




Berkat pendekatan yang bagus, mulai dari warga sampai aparat desa dan kecamatan, juga instansi terkait, langkah Tatiek pun mendapat dukungan positif. Sebelumnya, rata-rata para pelaku UKM kesulitan di bagian pemasaran. Nah, dengan adanya konsep Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru ini jadi ada solusinya. Tentu Tatiek juga mesti membangun UKM yang kokoh di desanya. Ia membentuk kelompok usaha per jenis produk. Dulu, ia memberikan pendampingan dan modal usaha untuk pengrajin anyaman besek. Ada 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 20 orang. Lalu, ia juga membina pedagang warung kecil dan memberikan pelatihan usaha. Dan saat ini, mereka yang sebagian besar ibu-ibu sudah membuat usaha kerajinan tangan tas. Mereka juga membuat kelompok pengrajin tas dan mendirikan koperasi tas. Sekarang warga di desanya memang sudah tidak tabu lagi dengan koperasi.

Selain itu, Tatiek semula memprioritaskan usaha yang dalam analisanya punya pasar yang bagus. Dari hasil pemetaannya, produk seperti tas, herbal, handycraft, dan beberapa produk lain punya pasar yang bagus. Kelompok-kelompok usaha ini pada dasarnya sudah terbentuk. Yang dibutuhkan tinggal pendampingan dan bantuan modal usaha. Tatiek pun selalu mengoptimalkan pertemuan bulanan untuk supervisi.

Agar Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru dikenal luas, Tatiek gencar melakukan upaya promosi. Baik lewat blog, Facebok, maupun menulis di berbagai media. Karena Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru memang menjanjikan potensi besar sebagai destinasi wisata nan unik, banyak media yang kemudian meliput. Nama Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru pun makin dikenal kalangan luas. Tatiek juga tak keberatan memenuhi undangan untuk mengisi seminar. Ia antara lain pernah diundang beberapa BUMN, universitas, sampai pembinaan TKW di Hongkong.

Upaya yang dilakukan Tatiek membuahkan hasil. Pelan tapi pasti wisatawan tertarik mengunjungi Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru. Ada yang sekedar refreshing, belajar, sampai studi banding. Yang membesarkan hati Tatiek, dari hasil penelitian seorang mahasiswa untuk skripsinya, pengunjung puas setelah mengunjungi Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru. Banyak juga yang mengaku terinspirasi. Namun, Tatiek sadar, dari sisi infrastruktur masih banyak yang perlu dibenahi.   

Tatiek lebih berlega hati ketika melihat upayanya untuk menaikkan perekonomian warga sudah mulai berbuah. Produk yang dihasilkan masyarakat sudah makin dikenal. Omzet pun meningkat. Kini warga sudah bisa mandiri dengan mendirikan sekolah untuk anak yatim piatu di Desa Tegalwaru. Di sekolah itu mereka mendapatkan skill bisnis dan modal usaha gratis. Namun meski begitu, Tatiek tak boleh cepat berpuas. Masih banyak pekerjaan rumah tentang kualitas produk dan pemenuhan bahan baku. Tatiek pun juga berusaha untuk bisa bekerja sama dengan beberapa pihak untuk mengembangkan Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.

Untuk langkah ke depan, Tatiek ingin bisa mengadopsi program ini untuk diterapkan di desa-desa lain di seluruh Tanah Air. Ia ingin membuat sekolah paket C untuk para warga yang belum menyelesaikan sekolah. Ia juga ingin mengembangkan STIEM Bisnis Indonesia di Tegalwaru. Kampus ini sekarang sudah berdiri, tinggal mencari mahasiswanya. Perempuan berlatar pendidikan D3 Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Akta 4 IKIP Jakarta, dan Social Entreprenuer Leader ini, merasa beruntung langkahnya didukung penuh suami tercinta, Herman Budianto. Bagi Tatiek, peranan suaminya sangat besar. Sang suami seperti sutradara di balik kinerja yang ia lakukan. Mereka sama-sama aktif bekerja di LSM. Jadi, memiliki visi yang sama dalam membangun pemberdayaan masyarakat. Mereka berbagi peran, Tatiek fokus pada pemberdayaan ekonomi, sementara suaminya fokus untuk pembinaan motivasi dan spiritual.

Ibu tiga anak ini pun mendidik anak-anaknya mandiri sejak kecil. Antara lain mengajari berbisnis sejak kecil. Ia memberi kepercayaan pada anak-anaknya untuk berjualan es nata de coco di sekolahnya. Dengan begitu mereka telah belajar mendapatkan uang dari hasil keringat sendiri. Saat ini anaknya yang paling besar, Fatih, sudah terlihat mengelola bisnis program IT. Sedangkan anaknya yang nomor dua, Azzam, sangat hobi bermain bola. Lalu si bungsu, Khansa, berbakat jadi fotografer dan membuat aneka handycraft, serta tidak malu berjualan di sekolahnya. Lewat Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Tatiek pun merasa bahagia, hidupnya menjadi berkah bagi sesamanya. Mangga, wilujeng sumping di Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.  
     

____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI

BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau  KLIK DI SINI

0 komentar:

Posting Komentar