Perjuangan melawan korupsi di negara yang rutin masuk daftar negara terkorup di dunia kadang terasa seperti perjuangan yang sunyi. Saat tahu kiprahnya melawan penyakit laten ini diapresiasi oleh masyarakat dunia, Sely Martini merasa semangatnya terpicu kembali. Menjadi satu dari segelintir orang yang berperan aktif memerangi korupsi di Indonesia, kadang membuat dirinya merasa seperti alien. Menurutnya, banyak orang yang takut kalau dirinya ‘bersih’ malah dikucilkan atau tidak diberi jabatan. Orang-orang yang merasa dirinya ‘bersih’ itulah yang selalu merasa seperti alien. Oleh karena itu, Sely ingin mengajak agar para ‘alien’ ini berkumpul dan menjadi agen perubahan bagi bangsa Indonesia.
Perjalanan Sely menjadi agent of change sendiri dimulai ketika
dirinya masih duduk di bangku kuliah. Sembari menyelesaikan studi di Institut
Teknologi Bandung, Sely aktif menjadi relawan bagi Indonesia Corruption Watch
(ICW), lembaga swadaya mesyarakat yang fokus memerangi korupsi di Indonesia. Di
sana Sely bertugas di bagian riset dan juga menjadi surveyor. Sejak lama, Sely memang peduli dengan isu pemberdayaan
masyarakat kecil. Lulus dari ITB, Sely pun langsung bergabung dengan ICW hingga
kini ia menjabat sebagai Program Manager untuk Monitoring dan Evaluasi.
Ranah pekerjaannya jauh dari
sorot kamera. Jika tokoh-tokoh ICW yang banyak muncul di media adalah
pengacara, Sely mengambil bagian di belakang layar. Ia memang tak suka
popularitas. Menurut Sely, orang-orang yang tak memiliki kemampuan advokasi
juga sangat penting dalam pemberantasan korupsi. Mereka dapat membangun
organisasi yang stabil, sustainable,
dan dipercaya. Toh, proses pemberantasan korupsi itu tak hanya dengan cara
memenjarakan koruptor saja. Tindakan pencegahan agar aset dan uang negara tak
digerogoti tikus koruptor juga tak kalah penting. Untuk itu, Indonesia butuh
masyarakat yang berintegritas. Masyarakat yang harus bisa mengawasi daerahnya
sendiri dari ancaman korupsi.
Di sinilah Sely berkecimpung.
Wanita yang percaya bahwa penanaman sikap anti korupsi paling ideal dimulai
dari rumah ini giat mengkampanyekan gerakan anti korupsi kepada anak-anak muda
dan ibu rumah tangga di berbagai daerah di Indonesia.
Lantaran lebih banyak bekerja
tanpa sorot kamera pula lah, Sely sungguh kaget saat mengetahui namanya menjadi
salah satu pemenang untuk penghargaan Honesty Oscars 2014. Penghargaan ini
diadakan oleh Accountability Lab, sebuah organisasi dunia yang gencar
mengkampanyekan gerakan anti korupsi, bekerja sama dengan ONE, organisasi yang
dibentuk oleh Bono (vokalis band U2), yang fokus kepada pengentasan kemiskinan
dan gerakan pro demokrasi.
Meski namanya Honesty Oscars,
penghargaan ini tak ada hubungannya dengan Academy Award yang memberikan piala
Oscar kepada pelaku dunia perfilman. Hanya, nama pemenang sengaja diumumkan
tepat pada saat malam Oscar, sehingga diharapkan seluruh dunia ikut memberi
perhatian pada ajang penghargaan ini. Tak hanya memenangi kategori Best Activist in a Leading Role saja
yang membuat Sely terkesan, tapi juga namanya disandingkan dengan nama-nama
besar para nominator, seperti John Githongo dari Kenya, Aruna Roy dari India,
Gregory Ngbwa Mintsa dari Gabon, dan Xu Zhiyong dari Cina. Mereka adalah sosok
anti korupsi yang sangat dihormati di negaranya masing-masing.
Bahkan, aktivis Indonesia
belajar banyak dari Aruna Roy soal kebebasan informasi publik sejak tahun 2006.
Karena itulah, Sely merasa surprise sekali
tatkala namanya bisa masuk ke radar Accountability Lab. Ibu tiga anak ini pun
tak tahu bagaimana proses dirinya bisa masuk menjadi nominator di Honesty
Oscars. Yang jelas, pihak Accountability Lab memang mempunyai tim riset sendiri
untuk mencari nominasi dari seluruh dunia. Pada akhirnya, memang tak penting
lagi bagaimana cara penyelenggara Honesty Award itu mendengar kiprah Sely.
Melalui website resminya, profil Sely
dan ICW sebagai organisasi kemasyarakatan dijabarkan dengan jelas. Setiap orang
dari seluruh dunia pun bisa bebas memberikan pilihan. Dari situ, 970 suara
berasal dari Indonesia. Namun yang membuat Sely senang, apresiasi dari negara
lain juga sangat tinggi. Dari Jerman ada sekitar 2000-an suara. Belum lagi dari
Belanda, Jepang, Australia, Brazil, dan lain-lain.
Sely meraih 54 persen dari
total 6.700 suara yang masuk. Baginya, ini sebuah momen yang sangat penting
untuk memberitahu dunia, bahwa di negara yang terkenal korup ada aktivis-aktivis
anti korupsi yang berintegritas. Dengan memenangi penghargaan tersebut, ICW pun
menjadi referensi LSM yang modern di Indonesia. Yang tadinya tidak tahu kerja
ICW, sekarang mereka jadi tahu. Yang tadinya tidak kenal dirinya, jadi mau ikut
membantu. Tentu saja ini sangat bagus sekali.
Pekerjaan memburu koruptor
sesungguhnya memang tak mengenal waktu. Sely pun mengakui. Setiap saat ada saja
kasus baru. Namun baginya, pekerjaan ini tak sekedar pekerjaan biasa. Sely
menganggap ini sudah jadi bagian dari hidupnya, juga hidup anak-anak dan
keluarganya. Beruntung sang suami, Rizqy Abdulharis, selalu memberikan
dukungan. Memiliki sensitivitas yang sama tentang keadilan, Rizqy yang
merupakan dosen ilmu Geodesi di ITB juga seorang aktivis di kampus.
Sementara kepada ketiga
anaknya, Garald, Kalila, dan Azad, Sely pun selalu menceritakan kasus-kasus
yang dihadapinya dengan bahasa sederhana khas anak-anak. Misalnya, saat
anak-anaknya bertanya kenapa ia harus ke Jakarta, Sely akan bercerita bahwa ada
uang untuk membangun gedung sekolah yang sedang ia usahakan supaya tidak
diambil oleh orang jahat. Atau ketika anaknya menanyakan kenapa ia harus pergi
sampai jauh ke Pontianak, ia menjelaskan bahwa tugasnya di sana adalah untuk
melindungi orangutan yang rumahnya mau diambil oleh orang jahat. Secara
berkala, Sely memang sering berangkat ke pelosok-pelosok negeri untuk
memberikan sosialisasi kepada masyarakat desa untuk mengenali tindak korupsi di
daerah mereka dan cara melaporkannya kepada pihak berwajib. Di desa-desa
itulah, Sely kerap menemui ketidakadilan lantaran korupsi.
Setiap kali ia melihat ada
masyarakat kecil terusir dari tanahnya atau dibakar rumahnya oleh penguasan
nakal, semangatnya untuk membantu mereka berkobar kembali. Ternyata memang
masih banyak pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan, karena masih banyak masyarakat
yang butuh bantuannya. Itulah mengapa Sely memutuskan tak mau pensiun dari
pekerjaannya dalam waktu dekat. Setiap hari berkutat dengan berbagai kasus
korupsi juga tak lantas membuat Sely pesimis dan apatis. Untungnya, ia dan
teman-teman di ICW adalah orang-orang yang optimis. Membersihkan Indonesia dari
jerat korupsi adalah hal yang sangat mungkin, asal mayarakat mau bersama-sama
ikut berpartisipasi.
____________________________
advetorial :
MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR
BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN
SEKITARNYA KLIK DI SINI
BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau KLIK DI SINI
BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau KLIK DI SINI
0 komentar:
Posting Komentar