Selasa, 10 Juni 2014




Perjuangan melawan korupsi di negara yang rutin masuk daftar negara terkorup di dunia kadang terasa seperti perjuangan yang sunyi. Saat tahu kiprahnya melawan penyakit laten ini diapresiasi oleh masyarakat dunia, Sely Martini merasa semangatnya terpicu kembali. Menjadi satu dari segelintir orang yang berperan aktif memerangi korupsi di Indonesia, kadang membuat dirinya merasa seperti alien. Menurutnya, banyak orang yang takut kalau dirinya ‘bersih’ malah dikucilkan atau tidak diberi jabatan. Orang-orang yang merasa dirinya ‘bersih’ itulah yang selalu merasa seperti alien. Oleh karena itu, Sely ingin mengajak agar para ‘alien’ ini berkumpul dan menjadi agen perubahan bagi bangsa Indonesia.

Perjalanan Sely menjadi agent of change sendiri dimulai ketika dirinya masih duduk di bangku kuliah. Sembari menyelesaikan studi di Institut Teknologi Bandung, Sely aktif menjadi relawan bagi Indonesia Corruption Watch (ICW), lembaga swadaya mesyarakat yang fokus memerangi korupsi di Indonesia. Di sana Sely bertugas di bagian riset dan juga menjadi surveyor. Sejak lama, Sely memang peduli dengan isu pemberdayaan masyarakat kecil. Lulus dari ITB, Sely pun langsung bergabung dengan ICW hingga kini ia menjabat sebagai Program Manager untuk Monitoring dan Evaluasi.

Ranah pekerjaannya jauh dari sorot kamera. Jika tokoh-tokoh ICW yang banyak muncul di media adalah pengacara, Sely mengambil bagian di belakang layar. Ia memang tak suka popularitas. Menurut Sely, orang-orang yang tak memiliki kemampuan advokasi juga sangat penting dalam pemberantasan korupsi. Mereka dapat membangun organisasi yang stabil, sustainable, dan dipercaya. Toh, proses pemberantasan korupsi itu tak hanya dengan cara memenjarakan koruptor saja. Tindakan pencegahan agar aset dan uang negara tak digerogoti tikus koruptor juga tak kalah penting. Untuk itu, Indonesia butuh masyarakat yang berintegritas. Masyarakat yang harus bisa mengawasi daerahnya sendiri dari ancaman korupsi.

Di sinilah Sely berkecimpung. Wanita yang percaya bahwa penanaman sikap anti korupsi paling ideal dimulai dari rumah ini giat mengkampanyekan gerakan anti korupsi kepada anak-anak muda dan ibu rumah tangga di berbagai daerah di Indonesia.

Lantaran lebih banyak bekerja tanpa sorot kamera pula lah, Sely sungguh kaget saat mengetahui namanya menjadi salah satu pemenang untuk penghargaan Honesty Oscars 2014. Penghargaan ini diadakan oleh Accountability Lab, sebuah organisasi dunia yang gencar mengkampanyekan gerakan anti korupsi, bekerja sama dengan ONE, organisasi yang dibentuk oleh Bono (vokalis band U2), yang fokus kepada pengentasan kemiskinan dan gerakan pro demokrasi.
 




Meski namanya Honesty Oscars, penghargaan ini tak ada hubungannya dengan Academy Award yang memberikan piala Oscar kepada pelaku dunia perfilman. Hanya, nama pemenang sengaja diumumkan tepat pada saat malam Oscar, sehingga diharapkan seluruh dunia ikut memberi perhatian pada ajang penghargaan ini. Tak hanya memenangi kategori Best Activist in a Leading Role saja yang membuat Sely terkesan, tapi juga namanya disandingkan dengan nama-nama besar para nominator, seperti John Githongo dari Kenya, Aruna Roy dari India, Gregory Ngbwa Mintsa dari Gabon, dan Xu Zhiyong dari Cina. Mereka adalah sosok anti korupsi yang sangat dihormati di negaranya masing-masing.

Bahkan, aktivis Indonesia belajar banyak dari Aruna Roy soal kebebasan informasi publik sejak tahun 2006. Karena itulah, Sely merasa surprise sekali tatkala namanya bisa masuk ke radar Accountability Lab. Ibu tiga anak ini pun tak tahu bagaimana proses dirinya bisa masuk menjadi nominator di Honesty Oscars. Yang jelas, pihak Accountability Lab memang mempunyai tim riset sendiri untuk mencari nominasi dari seluruh dunia. Pada akhirnya, memang tak penting lagi bagaimana cara penyelenggara Honesty Award itu mendengar kiprah Sely. Melalui website resminya, profil Sely dan ICW sebagai organisasi kemasyarakatan dijabarkan dengan jelas. Setiap orang dari seluruh dunia pun bisa bebas memberikan pilihan. Dari situ, 970 suara berasal dari Indonesia. Namun yang membuat Sely senang, apresiasi dari negara lain juga sangat tinggi. Dari Jerman ada sekitar 2000-an suara. Belum lagi dari Belanda, Jepang, Australia, Brazil, dan lain-lain.

Sely meraih 54 persen dari total 6.700 suara yang masuk. Baginya, ini sebuah momen yang sangat penting untuk memberitahu dunia, bahwa di negara yang terkenal korup ada aktivis-aktivis anti korupsi yang berintegritas. Dengan memenangi penghargaan tersebut, ICW pun menjadi referensi LSM yang modern di Indonesia. Yang tadinya tidak tahu kerja ICW, sekarang mereka jadi tahu. Yang tadinya tidak kenal dirinya, jadi mau ikut membantu. Tentu saja ini sangat bagus sekali.

Pekerjaan memburu koruptor sesungguhnya memang tak mengenal waktu. Sely pun mengakui. Setiap saat ada saja kasus baru. Namun baginya, pekerjaan ini tak sekedar pekerjaan biasa. Sely menganggap ini sudah jadi bagian dari hidupnya, juga hidup anak-anak dan keluarganya. Beruntung sang suami, Rizqy Abdulharis, selalu memberikan dukungan. Memiliki sensitivitas yang sama tentang keadilan, Rizqy yang merupakan dosen ilmu Geodesi di ITB juga seorang aktivis di kampus.

Sementara kepada ketiga anaknya, Garald, Kalila, dan Azad, Sely pun selalu menceritakan kasus-kasus yang dihadapinya dengan bahasa sederhana khas anak-anak. Misalnya, saat anak-anaknya bertanya kenapa ia harus ke Jakarta, Sely akan bercerita bahwa ada uang untuk membangun gedung sekolah yang sedang ia usahakan supaya tidak diambil oleh orang jahat. Atau ketika anaknya menanyakan kenapa ia harus pergi sampai jauh ke Pontianak, ia menjelaskan bahwa tugasnya di sana adalah untuk melindungi orangutan yang rumahnya mau diambil oleh orang jahat. Secara berkala, Sely memang sering berangkat ke pelosok-pelosok negeri untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat desa untuk mengenali tindak korupsi di daerah mereka dan cara melaporkannya kepada pihak berwajib. Di desa-desa itulah, Sely kerap menemui ketidakadilan lantaran korupsi.

Setiap kali ia melihat ada masyarakat kecil terusir dari tanahnya atau dibakar rumahnya oleh penguasan nakal, semangatnya untuk membantu mereka berkobar kembali. Ternyata memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan, karena masih banyak masyarakat yang butuh bantuannya. Itulah mengapa Sely memutuskan tak mau pensiun dari pekerjaannya dalam waktu dekat. Setiap hari berkutat dengan berbagai kasus korupsi juga tak lantas membuat Sely pesimis dan apatis. Untungnya, ia dan teman-teman di ICW adalah orang-orang yang optimis. Membersihkan Indonesia dari jerat korupsi adalah hal yang sangat mungkin, asal mayarakat mau bersama-sama ikut berpartisipasi.

           

  

____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI

BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau  KLIK DI SINI

0 komentar:

Posting Komentar