Senin, 24 Februari 2014



Sejak ditunjuk sebagai Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), perempuan kelahiran Desember 1985 yang akrab disapa Tyas ini semakin sulit ditemui. Tak heran, sebab di pundaknya kini bergantung masa depan tiga candi yang telah menjadi warisan tak hanya bagi Indonesia tapi juga dunia 

Proses Tyas sampai akhirnya bisa menjadi Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), berawal dari adanya wacana pencalonan dirinya, ketika terjadi rapat pimpinan mingguan Kementrian BUMN tangal 21 November 2013. Perlu diketahui, salah satu tugas tambahan Tyas sejak Dahlan Iskan menjadi Menteri BUMN adalah membantu pelaksanaan Rapat Pimpinan Kementrian BUMN.
Gaya kepemimpinan Dahlan Iskan yang tidak terlalu suka membaca laporan tertulis dan birokrasi yang panjang, menjadi salah satu alasan sebagian besar keputusan penting di Kementrian BUMN diambil melalui rapat pimpinan mingguan. Dalam rapat pimpinan tersebut, Tyas bertugas menyiapkan bahan dan merangkum jalannya rapat untuk disajikan secara langsung di depan peserta rapat, yang terdiri dari menteri, pejabat eselon I, dan beberapa pejabat eselon II yang penting. Selain itu tugas lainnya adalah menyusun hasil rapat pimpinan.

Ketika itu, seperti biasa ia bertugas di rapat pimpinan yang diadakan di Dok. Kodja Bahari, Jakarta Utara. Salah satu agenda pembahasannya terkait pengisian jabatan Direktur Utama PT Taman Wisata Candi yang memang sudah pernah dibicarakan beberapa minggu sebelumnya. Tiba-tiba saja secara spontan, Dahlan Iskan menunjuknya untuk mengisi posisi Dirut PT Taman Wisata Candi.


Setelah itu, Dahlan Iskan segera mengkonfirmasi ke setiap peserta rapat, menanyakan apakah ada yang keberatan atau memberi pertimbangan lain atas usulannya. Dan pada saat itu tidak ada peserta rapat yang menyampaikan keberatan atau ketidak setujuannya. 

Namun di Kementrian BUMN terdapat prosedur dalam pemilihan Direksi. Untuk itu, Tyas pun meminta agar seluruh prosedur yang ada tetap dijalakan. Tak hanya agar sesuai dengan regulasi yang ada, tapi juga untuk memberikan jaminan bahwa dirinya memang pantas ditugaskan sebagai Direksi di BUMN. Di antara prosedur itu meliputi proses assesement test yang dilakukan oleh lembaga independen dan wawancara. Dahlan Iskan sendiri tak menyatakan apa alasan khusus beliau menunjuk Tyas. Dahlan Iskan hanya menanyakan usia dan latar belakang pendidikannya secara lengkap, serta kemampuan penguasaan bahasa asingnya.
  

Tyas sebelumnya menempuh pendidikan Diploma 3 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan lulus di akhir 2006. Sebagai lulusan STAN, ia pun terikat kewajiban untuk bekerja sebagai PNS di Kementrian Keuangan selama 10 tahun, dihitung dengan formula tiga kali masa pendidikan plus satu tahun. Setelah lulus, ia mendapat pilihan untuk bekerja sebagai PNS Kementrian Keuangan atau di Kementrian BUMN.

Dengan dasar pertimbangan ingin segera melanjutkan ke jenjang S1, ia pun memilih bekerja di Kementrian BUMN. Sampai saat ini pun ia masih terikat kewajiban kerja kepada negara. Maka, pekerjaan utamanya masih sebagai PNS di Kementrian BUMN. Sebelumnya, ia juga beberapa kali dipercaya menjalankan tugas lain di BUMN, di antaranya menjadi anggota Komite Manajemen Risiko PT Antam Tbk serta sebagai Sekretaris Dewan Komisaris PT Perusahaan Pengelola Aset.
 
Pada dasarnya Tyas tidak pernah bermimpi atau secara sengaja mengejar suatu jabatan atau posisi tertentu. Dalam menjalankan tugas, seringkali ia hanya berusaha menjalankan kewajiban dan menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Sebagai Dirut, saat ini kewajibannya adalah mengorganisir dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan pendirian perusahaan. Tujuan dari PT Taman Wisata Candi tentu saja tak melulu mengejar keuntungan, tapi lebih dari itu. Yakni melindungi warisan dunia dalam bentuk Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.
 




Hambatan atau kendala terbesar menjadi Dirut PT Taman Wisata Candi, terlebih di usia yang sangat muda, yang paling terasa adalah memenangkan kepercayaan dan dukungan dari seluruh stakeholders termasuk internal perusahaan. Baginya, seorang pemimpin hanya bisa memimpin jika ia mempunyai pengikut yang pecaya kepadanya. Dengan latar belakang pengalaman serta usia, Tyas merasa memang wajar apabila ada keragu-raguan dari berbagai pihak atas kemampuannya dalam memimpin.

Oleh karena itu, bisa mendapatkan kepercayaan dari stakeholders ini merupakan salah satu faktor kunci dalam menjalankan tugasnya, apalagi untuk perusahaan seperti Taman Wisata Candi yang stakeholders-nya banyak dan beragam. Untuk mengatasi hambatan tadi, beberapa hal yang Tyas lakukan antara lain mengakui dan menerima kekurangannya sejak awal, karena menurutnya langkah awal dari suatu solusi diawali dengan mengidentifikasi akar masalah. 

Bahwa dirinya kurang pengalaman, memang benar adanya. Tapi ia mempunyai antusiasme untuk berusaha dan belajar banyak hal. Selain mengakui kelemahan sejak awal, ia juga mencoba menjelaskan konteks dari penugasan dirinya. Ia datang semata-mata hanya untuk menjalakan tugas, tanpa adanya kepentingan lain, termasuk mengejar posisi atau gengsi. 

Di awal masa jabatan, Tyas juga menyediakan banyak waktu untuk mendengar masukan dan pendapat dari berbagai pihak. Hal ini penting untuk mendapat gambaran utuh dan objektif dari keadaan, masalah dan aspirasi stakeholders atas perusahaan. Mendengarkan juga merupakan salah sau metode belajar yang ia rasa cukup efektif untuk menutupi gap kekurangannya. 

Setelah ia merasa cukup mendengarkan, dan juga mengkonfirmasi, salah satunya dengan meihat ke lapangan, ia pun bisa menentukan langkah ke depan. Selain itu, ia juga sebisa mungkin melibatkan seluruh pihak, baik dengan cara turun langsung ke lapangan, membuka diri untuk diskusi, aktif melakukan audiensi, serta aktif menemui stakeholders yang memiliki pengaruh kepada pengelolaan perusahaan. 

Di internal perusahaan, hal ini penting untuk mewujudkan kolaborasi dan soliditas dalam organisasi. Karena pada dasarnya kekurangan salah satu anggota organisasi dapat ditutupi oleh kelebihan dari anggota lainnya. Usaha melibatkan banyak pihak juga merupakan salah satu cara untuk menimbulkan adanya rasa kebersamaan dan memiliki terhadap suatu keputusan dalam perusahaan.


Menurut Tyas, melakukan pendekatan dan membangun jejaring informal, baik untuk mendapatkan informasi maupun dukungan, serta peluang kolaborasi. Tyas menyadari, keahliannya untuk berkomunikasi di depan publik masih belum cukup. Untuk itu, ia mencoba mengkompensasinya dengan melakukan pendekatan yang sifatnya lebih informal atau kasual.



Langkah atau program yang disiapkan Tyas agar PT Taman Wisata Candi semakin berkembang adalah dengan berusaha memenuhi tujuan awal perusahaan, yaitu mendukung pelestarian ketiga candi sebagai warisan dunia. Ketika bicara soal warisan, tentu saja hal ini tak hanya terbatas pada candinya saja, tapi juga beberapa nilai intrinsik yang tak bisa dipisahkan dari candi tersebut. Misalnya, nilai budaya, edukasi, religi, dan estetika yang pelaksanaannya tak bisa tidak melibatkan masyarakat sekitar.
 



Dengan jabatan yang dipegangnya sekarang, Tyas sangat bersyukur mempunyai keluarga yang sangat suportif. Kekhawatiran pada diri orang tuanya pasti ada. Namun kedua orang tuanya juga yang menanamkan prinsip kepadanya, bahwa setiap tugas apabila masih berada dalam koridor yang benar, harus dijalankan dengan ikhlas dan sebaik mungkin. Pesan dari kedua orang tuanya sederhana saja, yakni dalam menjalankan tugas ke depannya, ia diminta tak boleh rendah diri atau tinggi hati.

Sementara tanggapan teman-temannya terutama yang berada di dalam lingkungan kerja tak terlalu berbeda dengan keluarganya. Mereka semua pada dasarnya suportif dengan penugasannya ini. Mereka juga yang akan selalu menguatkan dan mengingatkan, bila dirinya mungkin salah jalan. Tyas menegaskan, pada dasarnya penugasannya ini tak mengubah hubungan sosial dan pertemanannya. Jika ada yang berubah, hanya pada pola interaksinya saja.

Tyas bersyukur pula ia hidup di masa sekarang, karena arus dan media komunikasi sangat beragam, sehingga bisa memudahkan dirinya dalam menjaga hubungan dengan teman-teman dan keluarga. Dengan meningkatnya kewajiban dan konsekuensi harus pindah kota untuk melakukan tugas, tentu saja secara kuantitas waktu ia sangat berkurang untuk bertemu teman-teman. Untuk itu, ia mencoba meningkatkannya dari sisi kualitas.

Tyas mengaku, di masa awal dirinya menerima pekerjaan baru ini, dirinya sempat bingung, apa yang harus dikerjakannya terlebih dulu. Tapi secara perlahan semua menjadi lebih jelas dengan adanya dukungan dan informasi yang ia dapatkan. 

Sebelumnya, Tyas biasa mempunyai banyak hobi dan kesibukan untuk mengisi waktu luang. Ia juga aktif di beberapa kegiatan sosial bersama teman-teman, selain melakukan hobi seperti membaca buku dan mencari pengalaman baru dengan belajar menari Jawa, misalnya. Ia juga gemar mendaki gunung. Biasanya tiap ada waktu luang yang cukup panjang, ia sengaja menyiapkan waktu untuk naik gunung.

Tapi dengan kesibukannya sebagai Dirut BUMN saat ini, ia memang belum punya banyak waktu lagi untuk menjalani hobi itu. Tapi ia akan berusaha mencoba sebisa mungkin untuk mengalokasikan waktu bagi penyaluran hobinya, paling tidak untuk mendaki gunung-gunung di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Kalaupun ada kebiasaannya yang berubah setelah menjadi Dirut BUMN adalah, sekarang ini ia sudah tidak naik ojek lagi setiap pagi saat akan berangkat kerja. Saat masih tinggal di Jakarta hampir setiap hari Tyas memang selalu naik ojek untuk bepergian, karena praktis dan cepat. Namun, sekarang ini ia tinggal di Yogyakarta, di mana mencari ojek tidak semudah di Jakata. Padahal jarak tempat tinggalnya saat ini lumayan jauh dari kantornya. Untungnya ia disediakan mobil dinas untuk mendukung keperluan pekerjaannya.

Untuk kehidupan pribadi yang akan dilakukannya ke depan, Tyas mengaku pada dasarnya ia tidak pernah membuat rencana apa pun. Yang ia buat biasanya hanya berupa alternatif untuk masa depan. Baginya, hidup dibiarkan mengalir saja. Karena, ia belajar dari pengalaman yang sudah terjadi, sebagian besar kejadian penting di dalam hidupnya datangnya tidak pernah direncanakan.
   





0 komentar:

Posting Komentar