Kamis, 08 Februari 2018

REZA PURWANTI : Mendirikan Rumah Belajar Semut Jalan Peduli Yang Ramah Untuk Anak-Anak.



Berawal dari kerpihatinan akan kekerasan yang kerap terjadi pada anak-anak, Reza Purwanti mendirikan Rumah Belajar Semut Jalan Peduli. Di tempat ini, ia mendidik anak-anak dengan berbagai macam kegiatan, di antaranya menulis, membaca, dan aneka keterampilan. Bagi perempuan kelahiran Tanjungkarang, 11 November 1972 ini, anak-anak Indonesia di pelosok negeri harus dibimbing dan diarahkan dengan baik sejak dini. Apalagi, suatu saat nanti mereka akan menjadi pemimpin bangsa. Sebagai orangtua, kesabaran sangat dibutuhkan dalam menghadapi dan mendidik anak-anak. Ia menilai, kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anak bukan sebuah solusi. Anak-anak hanya membutuhkan kasih sayang dan pelukan orangtuanya. Lewat pemikiran inilah, hadir Rumah Belajar Semut Jalan Peduli. Ibarat semut yang selalu menatap ke depan, ia menyapa sahabat dan saudara di negeri ini untuk peduli dengan persoalan anak-anak. Reza mengundang anak-anak negeri untuk belajar menulis, membaca, bermain, dan mempelajari aneka keterampilan agar mereka mandiri.

Kepedulian Reza terhadap dunia pendidikan sudah terlihat ketika ia memutuskan kuliah di jurusan Pendidikan Luar Sekolah di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Tak heran, setamat kuliah, ia termotivasi untuk berbuat yang terbaik di lingkungan tempat tinggalnya. Ibu empat anak ini pernah menemukan hal menarik ketika seorang murid kelas 3 Sekolah Dasar tak bisa membaca. Setelah bertemu dengan orangtuanya, ia akhirnya mengetahui persoalan yang sebenarnya. Sang orangtua ternyata merasa ilmu yang diberikan pihak sekolah sudah cukup, tanpa perlu lagi pendampingan di rumah. Celakanya lagi, orangtua tersebut lebih sibuk dengan gadget daripada mendidik anaknya di rumah. Reza menilai, anak-anak harus lebih banyak memiliki waktu bersama ayah bundanya. Sekolah merupakan keluarga kedua bagi mereka untuk belajar. Bimbingan belajar tidak dapat memastikan anak-anak menjadi pintar bila tidak diulang kembali di rumah dengan pengawasan orangtua.


Kini rumah belajar yang ia bina dipenuhi anak-anak perkampungan sekitar setiap hari. Reza dengan ikhlas membantu mereka meski terkadang harus mengeluarkan uang dari kantongnya sendiri. Baginya, membantu anak-anak belajar lebih membahagiakan dari apapun juga. Agar tak membosankan, Reza juga menyediakan hadiah bagi anak-anak tersebut untuk memacu mereka belajar lebih rajin dan kreatif. Sebagian besar anak-anak yang tergabung dalam Rumah Belajar Semut Jalan Peduli berasal dari kalangan menengah ke bawah. Bahkan, ada yang hidup sangat sederhana. Tak jarang, Reza datang ke rumah anak-anak tersebut untuk melihat langsung kondisi kehidupan mereka.

Reza mengaku pernah didatangi empat orangtua siswa yang menitipkan anaknya untuk belajar di Rumah Belajar Semut Jalan Peduli. Di satu sisi ia merasa bahagia diberi kesempatan memajukan dunia pendidikan, namun di sisi lain hatinya menangis setelah mendengar keluhan para orangtua tersebut. Pasalnya, ternyata ada lembaga yang memaksakan anak-anak usia dini untuk membaca dan menulis tanpa pernah melihat sisi psikis anak-anak itu sendiri. Reza menilai, PAUD atau TK adalah dunia bermain dan bersosialisasi anak-anak dengan teman, guru, dan lingkungannya. Oleh karena itu, anak-anak harus dibiarkan bagai air mengalir. Jangan jadikan suatu konsep pembelajaran menjadi momok bagi anak-anak.


Sedih kerap dirasakannya ketika mengunjungi berbagai daerah dalam pendampingan trauma healing terhadap anak. Ia prihatin dan miris dengan pendidikan yang didapat anak-anak. Reza pernah menemukan sebuah sekolah negeri di Garut yang terkena banjir bandang masih digunakan untuk belajar. Sekolah itu sangat tak layak dipakai belajar, tanpa kamar mandi, sarana olahraga, serta perpustakaan. Sebagian gedung kelas pun hampir rubuh.

Dalam setiap kunjungan, ia kerap mengajak buah hatinya. Reza tak ingin anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cuek dan tak peduli kepada lingkungan serta masalah yang terjadi dalam masyarakat. Meski awalnya risih dengan aktivitas sang ibu, lambat laun sang anak mulai mengerti dan peduli akan sesama. Bahkan anak-anaknya kini ikut membantu kegiatan yang dilakukan sang bunda. Diakui Reza, akivitas yang dilakukan memang menyita waktu dan sangat melelahkan. Namun, ia bisa mengatur semuanya dengan baik sehingga anak-anaknya tetap mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Kini, Reza berharap dapat membuka cabang agar anak-anak di tempat lain merasakan hal yang sama.

1 komentar:

  1. Sambal Roa Judes, salah satu kekayaan kuliner nusantara, Sambal yang dibuat dari campuran Ikan Roa ini selalu sukses menggoda lidah para penggemar pedas. Bahkan bagi mereka yang tidak pernah memilih ikan sebagai menu makanan mereka pun, selalu berakhir dengan mengakui kehebatan rasa Sambel Roa JuDes ini.. Anda penasaran ingin menikmatinya ? Hubungi layanan Delivery Sambal Roa Judes di 085695138867.

    BalasHapus