Jumat, 09 Februari 2018

Pariama Hutasoit : Melakukan Konservasi Terumbu Karang Melalui Yayasan Reef Check Indonesia.


Pariama Hutasoit mendedikasikan hidupnya untuk konservasi terumbu karang. Di saat perempuan lain takut kulitnya menghitam, ia justru rela berpanas-panasan di laut dan membawa tangki oksigen yang berat untuk menyelam. Semua itu ia lakukan karena rasa cinta dan kepeduliannya pada surga di bawah laut. Pariama tertarik untuk aktif dalam kegiatan konservasi terumbu karang sejak menjadi volunteer WWF Indonesia pada tahun 1997 di Bali. Semakin sering bergaul dan berdiskusi dengan aktivis lingkungan dan juga bertukar pikiran dengan marine scientist, pikiran Pariama semakin terbuka. Bahwa terumbu karang sama pentingnya seperti hutan hujan tropis di darat.

Kata Pariama, kalau kita sudah melihat terumbu karang, itu serasa melihat surga di bawah laut. Lalu kita akan merasa sayang, bila mengetahui terumbu karang itu kemudian dirusak oleh illegal fishing atau cara mengambil ikan yang menggunakan sianida atau bom. Sama seperti hutan hujan tropis di darat, terumbu karang adalah sebuah ekosistem di mana ada berbagai macam kehidupan di dalamnya. Di sana tempat berlindung banyak biota laut, ikan-ikan kecil, krustasea, invertebrata, dan masih banyak lagi. Jiwa Pariama pun terpanggil untuk ikut merehabilitasi terumbu karang yang sudah rusak di sekitar kawasan Nusa Dua, Bali. Padahal ketika itu, jangankan menyelam, berenang pun ia tidak bisa. Namun, karena rasa cintanya pada terumbu karang itu, Pariama sengaja mengambil kursus privat berenang. Sebelum berangkat kerja, pukul 06.00 pagi ia pergi ke kolam renang untuk kursus. Setelah itu, ia langsung mengambil license menyelam.


Kemudian, baru tahun 2005 Pariama semakin serius terjun ke dunia konservasi terumbu karang dengan mendirikan Yayasan Reef Check Indonesia dan pada 2010 ia mendirikan Nusa Dua Foundation. Awalnya, dimulai dengan proyek rehabilitasi terumbu karang, karena hampir semua wilayah di pesisir Indonesia, terumbu karangnya rusak masif, terutama di daerah pasang surut. Karang-karang besar dipotong habis. Ada juga sisa ruble, karang-karang yang hancur, tinggal menyisakan yang kecil-kecil. Itu semua dipastikan akibat bom. Menurut perempuan kelahiran Deli Serdang, 20 Mei 1969 ini,  pengrusakan terumbu karang, baik karena illegal fishing maupun eksploitasi, kini sudah tidak ada lagi. Namun, untuk mengembalikan terumbu karang itu menjadi seperti semula, kini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Pariama dan aktivis lingkungan lainnya.

Sekarang ini karang di dalam lautan sudah habis. Tidak ada pondasi yang cukup stabil sebagai tempat karang baru tumbuh. Jadi kemudian, Pariama bersama timnya mengambil inisiatif, rehabilitasi terumbu karang dengan membuat terumbu karang buatan dan transplantasi karang. Untuk menumbuhkan karang besar seperti dulu lagi, membutuhkan ratusan tahun, sementara kita hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk menghancurkannya dengan bom. Karena itulah, menurut Pariama, sebenarnya lebih baik memelihara daripada memperbaiki yang sudah rusak. Metode transplantasi terumbu karang ada berbagai macam. Seperti menanam pohon, tanah yang digunakan pun harus pas. Pada prinsipnya karang akan tumbuh di substrat yang cocok. Ada banyak faktor untuk dia bisa tumbuh. Kejernihan air, kedalaman, cahaya, dan kesehatan airnya pun juga mempengaruhi.


Terkadang Pariama menurunkan konstruksi substrat dengan berat dan bentuk yang berbeda-beda. Karena memang tidak mudah membuat program rehabilitasi terumbu karang. Ketika menurunkan struktur-struktur substrat yang beratnya bisa ratusan kilo sungguh tidak akan terbayang oleh orang lain. Pariama harus menyelam, menurunkan struktur konkret yang beratnya tujuh ratus kilo menggunakan peralatan-peralatan di bawah air, yang biasa digunakan untuk mengangkat bangkai pesawat di dasar laut, yaitu air lift bag. Saat itu ia harus memimpin anggota tim yang lain yang semuanya pria, hanya ia sendiri yang perempuan. Pekerjaan tersebut, salah sedikit saja akibatnya bisa fatal. Tapi begitu pekerjaan itu berhasil diselesaikan ada perasaan yang fantastis.

Pariama bersyukur, pekerjaannya ini mendapat dukungan dari keluarga. Walau sebenarnya, ayahnya sempat terheran-heran, mengapa anaknya yang kuliah di jurusan Sejarah, Universitas Padjajaran ini, bisa bekerja di bidang konservasi terumbu karang. Tapi Pariama memang bisa membuktikan, kalau ada kemauan, tidak ada yang bisa menghalangi cita-cita kita. Apa yang ia kerjakan saat ini karena rasa cintanya pada laut Indonesia.


1 komentar:

  1. Sambal Roa Judes, salah satu kekayaan kuliner nusantara, Sambal yang dibuat dari campuran Ikan Roa ini selalu sukses menggoda lidah para penggemar pedas. Bahkan bagi mereka yang tidak pernah memilih ikan sebagai menu makanan mereka pun, selalu berakhir dengan mengakui kehebatan rasa Sambel Roa JuDes ini.. Anda penasaran ingin menikmatinya ? Hubungi layanan Delivery Sambal Roa Judes di 085695138867.

    BalasHapus