Kamis, 03 Juli 2014




Memilih bidang yang didominasi kaum pria, dr. Harrina Erlianti Rahardjo, Sp.u, Ph.D tak canggung menangani pasien dengan disfungsi ereksi. Lulus dengan predikat magna cum laude dari program Doktoral di Bidang Fungsi Seksual Wanita di Departemen Urologi Hannover Medical School, Jerman, ia mengembangkan Klinik Khusus Urologi untuk wanita di Klinik Edelweiss Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Menurut dokter yang juga aktif sebagai pengurus Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) ini, banyak wanita yang menderita Female Sexual Dysfunction, tapi jarang yang mau berobat.

Wanita yang menjadi Spesialis Urologi di Indonesia memang hanya sedikit. Di antara sekitar 300 Spesialis Urologi di Indonesia, yang wanita tak lebih dari 10 dokter. Karena jumlahnya yang sedikit itulah, mereka kelihatan mencolok kalau para Spesialis Urologi ini sedang berkumupul. Namun, meskipun masih jarang, sekarang sudah mulai banyak wanita yang mengambil spesialisasi ini. Ketertarikan Harrina pada bidang urologi ini diawali karena ia memang menyukai ilmunya. Dulu, orang menganggap urologi itu selalu berhubungan dengan bedah atau operasi. Sebetulnya, organ yang dicakup bidang urologi kecil, tetapi area ilmunya bisa kemana-mana. Cabang urologi juga bermacam-macam, misalnya, Female Urology, USG, Female Sexual Dysfunction (FSD), dan sebagainya. Tindakan operasinya pun makin minimal dengan endoskopi. Misalnya, pembesaran prostat, yang sekarang bisa diobati dulu, tanpa pelu dioperasi.

Hal lain yang membutnya tertarik pada bidang ini adalah, karena sang Ayah, Prof. Dr. Djoko Rahardjo, Sp.B, Sp.U (K), juga seorang Spesialis Urologi. Jadi, sejak kecil ia sudah suka menemani sang Ayah berkunjung ke banyak rumah sakit. Harrina sangat suka mendengarkan pengalaman sang Ayah. Ketika kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ia juga sempat diajar oleh Ayahnya. Di rumah pun ia sering membaca-baca buku milik Ayahnya. Sang Ayah sendiri sebetulnya menginginkan ia masuk ke bagian yang ‘ringan’. Bila memilih bidang urologi, yang termasuk bidang bedah, maka ia harus sering jaga malam di UGD. Waktu itu Ayahnya sempat menyarankan Harrina masuk ke bidang kulit yang relatif tidak terlalu berat. Tapi, karena ia sudah terkanjur suka, akhirnya sang Ayah pun mendukung.

Bidang urologi mempelajari saluran kandung kemih pria dan wanita, serta saluran kelamin pria. Terkadang, banyak yang bertanya kepadanya, mengapa mau masuk ke bidang urologi, karena menyangka itu bidang yang dikhususkan untuk dokter pria ? Padahal sebenarnya tidak juga. Karena ilmu urologi memang luas sekali. Misalnya, batu saluran kemih. Sesungguhnya banyak juga wanita yang mengalaminya. Belum lagi infeksi seperti anyang-anyangan atau beser. Apalagi sekarang ia juga mendalami Female Urology yang banyak kasusnya.

Sebetulnya juga, mempelajari ilmu urologi tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan ilmu bedah. Sejak awal, Harrina pun memang sengaja mencari bidang kedokteran yang tidak terlalu luas. Beda dengan penyakit dalam yang semuanya harus dipelajari, sementara di urologi organ yang dipelajari hanya sedikit. Tapi setelah dipelajari, ternyata banyak sekali yang bisa dikerjakan. Dulunya, bidang urologi ini sering disebut  Spesialis Bedah Urologi. Tapi sekarang disebut Spesialis Urologi saja, meskipun tetap ada tindakan bedahnya.

Mendapati dirinya sebagai dokter Spesialis Urologi yang seorang wanita, maka beragam tanggapan pasien pria pun bermunculan. Biasanya, kalau pasien yang menderita pembesaran prostat jinak, sudah berusia lebih lanjut (di atas 50 tahun), asal diberikan penjelasan yang benar dan ada perawat yang menemani, mereka tidak keberatan. Karena, terkadang ia memang harus melakukan colok dubur untuk mendeteksi pembesaran prostat. Begitu juga dengan pasien yang menderita disfungsi ereksi. Biasanya ia meminta agar si pasien untuk mengajak istrinya. Kebetulan, di RSCM bagian urologi sudah terbagi secara subspesialisasi. Ada yang memegang pasien yang memiliki keluhan tumor, batu, disfungsi ereksi, dan sebagainya. Jadi, pasien sudah terseleksi sesuai jalurnya. Sementara Harrina khusus menangani Female Sexual Dysfunction (FSD), inkontinensia, dan Female Urology. Kalau misalnya ada pasien tumor yang datang kepadanya, biasanya ia akan rujuk ke dokter urologi lain. Dan kebanyakan pasiennya juga sudah tahu bidang apa yang dipegang oleh Harrina.

Kasus terbanyak yang sering datang ke kamar praktiknya adalah keluhan ada batu di saluran kemih dan pembesaran prostat jinak. Yang berat misalnya tumor di saluran kencing, batu kandung kencing, tumor buah zakar, dan sebagainya. Tapi, tidak sedikit juga pasien batu kandung kencing yang datang dengan gagal ginjal. Ini termasuk kasus yang juga berat. Menurut Harrina untuk kasus tumor, di Indonesia masih kurang awareness-nya. Biasanya pasien baru datang saat sudah stadium lanjut. Sementara kalau keluhan pasien wanita yang paling sering adalah infeksi saluran kemih. Sebab secara anatomis, wanita memang lebih gampang terkena penyakit tersebut. Sering juga pasien datang karena overactive bladder (beser) dan inkontinensia (ngompol). Contohnya, wanita yang sudah sering melahirkan atau menopause, begitu batuk lalu mengompol. Tetapi ada juga yang datang dengan keluhan memiliki batu kandung kencing atau tumor saluran kencing.

Untuk memperdalam ilmunya, Harrina juga sempat mengambil studi kedokteran S-3 di Jerman, tepatnya Studi Fungsi Seksual Wanita di Departemen Urologi Hannover Medical School, Jerman. Di bidang urologi, yang paling top diminati untuk dipelajari adalah Disfungsi Ereksi pada pria. Dan di awal ia masuk residen di Program Studi Spesialis Urologi, FKUI, gurunya, Prof. Dr. Dr. Akmal Taher, Sp.U (K), menyampaikan bahwa sebenarnya masalah disfungsi seksual pada wanita (FSD) lebih besar. Hanya, karena wanita lebih pasrah dan malu, jadinya tidak pernah datang berobat seperti pria. Sang guru juga mengatakan, bahwa sudah saatnya tim dokter urologi mengembangkan bidang ini. Apalagi obat untuk FSD belum ada. Beda dengan Disfungsi Ereksi pada pria yang bisa diatasi dengan viagra. Dan, begitu ia menyelesaikan Progra Studi Spesialis Urologi, ada tawaran melanjutkan S-3 di Jerman untuk bidang FSD, maka akhirnya ia pun berangkat ke sana.  

Kebetulan juga di Jerman ada teman baik Ayahnya, yang seorang profesor setempat. Teman ayahnya itulah yang kemudian sudah seperti orang tua kedua baginya. Bahkan ketika ia menikah pun, teman ayahnya itu juga datang, dan turut memakai blangkon layaknya orang Indonesia. Sekolah di Jerman banyak memberikan pengalaman baginya. Sebelumnya, Harrina mengaku ia tidak pernah pergi jauh dari rumah. Saat sekolah di Jakarta pun tinggalnya bersama orang tua Jadi begitu di Jerman, semuanya harus ia lakukan sendiri. Dan setelah pulang dari sana, ia pun bisa menjadi sosok yang sangat mandiri.

Tentang FSD, ada 4 fase kelainan yang bisa dijelaskan. Yang pertama libido, yakni tidak adanya gairah seksual. Yang kedua kelainan arousal, tidak ada lubrikasi (vagina kering). Yang ketiga gangguan orgasme, jadi perempuan tidak pernah orgasme atau kalau pun pernah, itu hanya sekali dan tidak pernah mengalaminya lagi (orgasme sekunder). Dan yang ke empat adalah gangguan nyeri saat berhubungan intim (dyspareunia). Nah, jika ada gangguan dari salah satu fase ini, maka bisa digolongkan ke FSD. Masalahnya lebih kompleks karena perempuan banyak dipengaruhi oleh faktor psikis, hubungan dengan pasangan, stres, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mengatasinya perlu kerja sama dengan psikiater agar bisa digali lebih dalam, adakah gangguan psikis selain tentunya gangguan fisik yang dialami pasien. Banyak kasus, pasien tidak mengalami problem fisik, tapi ternyata memiliki problem dengan suaminya. Atau juga ada yang mengalami trauma seksual pada masa kecil yang muncul setelah digali. Contoh seperti inilah yang perlu diperbaiki bukan sekedar fisiknya. Tapi, ada juga yang memang mempunyai gangguan fisik, misalnya memiliki hipertensi atau kolesterol tinggi sehingga pembuluh darahnya kurang bagus dan menyebabkan lubrikasi berkurang.

Sejauh ini di Indonesia, kesadaran pasien untuk berabat masalah urologi sudah mulai banyak yang datang, karena mungkin mereka sudah banyak membaca atau memang ada keluhan dari pasangannya. Karena, apa pun fungsi seksual perempuan selalu mempengaruhi pasangannya dan juga sebaliknya. Ada suami yang merasa pasangannya terlalu pasif, tidak mau diajak berhubungan intim, atau lubrikasinya kurang. Kalau dibiarkan masalah ini lama-lama bisa menyebabkan fungsi seksual suami terpengaruh, dan hubungan suami-istri pun jadi tidak harmonis. Oleh karena itulah, menurut Harrina, sebaiknya pasangan suami-istri mau berobat bersama.

Dulu, Harrina sempat aktif di klinik Edelweiss RSCM yang khusus untuk wanita. Yang bekerja di klinik itu pun juga wanita semua. Penanganannya komprehensif oleh Urolog, Psikiater, dan Spesialis Kebidanan dan Kandungan. Sayangnya, klinik itu sempat vakum, meski sekarang akan mau dikembangkan lagi. Bidang Harrina yang lain adalah inkontinensia (ngompol). Dan saat ini ia sedang mengembangkan pemeriksaan dengan Diagnostic Urodynamic. Alat ini berfungsi untuk melihat fungsi kantong kencing. Di Jakarta, alat ini hanya ada di 2 rumah sakit, termasuk RSCM. Yang menekuni ahli di bidang ini juga belum banyak. Padahal inkontinensia ini angka kejadiannya cukup banyak, tapi sayangnya yang mau berobat hanya sedikit. Maka rencana lain Harrina di bidang urologi adalah ingin meningkatkan awareness bahwa penyakit ini tidak harus membuat penderitanya pasrah dan hanya dianggap akibat usia atau proses penuaan. Selain itu Harrina juga aktif sebagai sekretaris Persatuan Kontinensia Indonesia (Perkina). Tantangan di organisasi ini juga sama besarnya, yakni membuat masyarakat awam lebih sadar bahwa beser dan ngompol itu sebenarnya mudah diobati. Jadi pasien yang mengalaminya jangan malu untuk berobat.

Di luar praktik, kegiatan Harrina yang baru menikah pada September 2013 lalu ini adalah menekuni hobi lari. Harrina mengaku dulunya ia bertubuh gemuk. Bahkan sepulang dari Jerman, berat badannya mencapai 93 kilogram. Dari situ ia kemudian jadi menyukai nge-gym dan lari. Padahal sebelumnya ia termasuk malas berolahraga. Tahun 2012, Harrina sempat mengikuti Standard Chartered Singapore Marathon. Di sana ia full berlari dengan jarak 42 km. Menurutnya itu merupakan tantangan terberat, namun ia berhasil mencapai garis finish dengan waktu 6 jam. Dan sekarang, ia selalu mengusahakan olahraga 4-5 kali dalam seminggu, dan setiap hari nge-gym dan lari di atas treadmill.

Hobinya itu mampu menurunkan berat badannya 35 kilogram dalam setahun hingga banyak orang yang mengira ia memakai obat. Padahal, ia hanya nge-gym dengan bantuan personal trainer dan mengatur pola makan saja. Sampai sekarang pun Harrina masih suka ngemil, tapi hanya yang sehat saja. Ia menganggap dirinya saat ini seperti sedang mengalami healthy life enthusiast. Biarpun ia suka makan, tapi selalu mengakalinya dengan menu yang sehat. Ia pun juga berencana mengikuti raw food class atau healthy cake class, agar suatu saat nanti bisa punya restoran atau toko kue yang enak tapi tetap menyehatkan para pembelinya.   

2 komentar:

  1. Saya ingin berbagi cerita kepada anda bahwa dulunya saya ini cuma seorang.
    penjual es kuter kelilin tiap malam. pendapatannya tidak seberapa dan.
    tidak pernah cukup dalam kebutuhan keluarga saya,, suatu hari saya dapat.
    informasi dari teman bahwa AKY GENDENG bisa memberikan angka ritual/goib.100% tembus.
    akhirnya saya ikuti 4D nya dan alhamdulillah memanG bener-bener terbukti tembus.
    saya sangat berterimakasih banyak kpd AKY GENDENG.atas bantuan AKY saya sekarang.
    sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga saya bahkan saya juga sudah buka.
    usaha matrial dan butik pakaian muslim.
    Jika anda mau buktikan
    silahkan bergabun sama AKY GENDENG
    Di:
    No: tlp.0853-1089--8585
    Saya sudah buktikan benar2 tembus 3x permainan

    BalasHapus
  2. di RSCM apa ada pengobatan prostate dengan HIFU , rezum vaporization , far infrared ??
    HIFU = high 8ntensity focus ultrasound

    BalasHapus